Jumat, 23 Maret 2012

ANALISIS SOSIAL



Apa yang dimaksud dengan analisis sosial ?

Suatu (proses) analisis sosial adalah usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang situasi (keadaan, kenyataan) sosial. Yang dimaksudkan dengan gambaran lengkap adalah gambaran mengenai hubungan-hubungan struktural, kultural dan histories, dari situasi sosial yang diamati (atau dialami). Contoh : penduduk desa telah mendapati kenyataan panenan yang menurun, sebagai akibat dari tanah yang menurun kualitasnya.
Mengapa masalah ini terjadi ? apakah ini adalah hasil dari kesalahan petani ? Apakah kasus ini hanya dialami oleh satu orang petani, ataukah pada kebanyakan petani, analisis sosial (yang baik dan teliti) akan berusaha membongkar masalah ini sehingga diperoleh suatu kejelasan, mengapa masalah tersebut terjadi, apa penyebabnya, siapa saja yang terlibat, prosesnya dan siapa yang paling dirugikan dari situasi tersebut.

Pekerjaan analisis sosial, dapat dikatakan “mirip” dengan penelitian yang sering dilakukan oleh orang-orang sekolahan (orang kampus). Mengapa dikatakan mirip, sebab analisis sosial disini memang bukan pekerjaan akademisi, melainkan pekerjaan yang akan langsung berkaitan dengan usaha-usaha perubahan. Bagi rakyat desa, petani, buruh atau “orang awan” kebanyakan, melakukan analisis sosial, bukan dimaksudkan untuk meningkatkan kecerdasan, melainkan menjadi bahan dasar dalam melakukan tindakan. Tanpa analisis yang baik dan teliti, tindakan-tindakan yang akan dilakukan tentu tidak akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Pekerjaan ini juga mirip dengan pekerjaan dokter ketika menghadapi pasiennya. Analisis disini seperti diagnosa dokter, sebelum memberikan resep (obat) pada pasien. Jika diagnosa dokter keliru, maka pasien akan mendapatkan obat yang salah. Maka yang akan diperoleh bukan kesembuhan, melainkan penyakit baru. Inilah makna penting dari analisis sosial.

Mengapa analisis sosial ?

Apa sebetulnya yang dijanjikan oleh proses analisis sosial, sehingga membuat proses ini mempunyai nilai penting ?
  1. Pertama, berguna untuk mengidentifikasi dan memahami persoalan-persoalan yang berkembang  (ada) secara lebih mendalam dan seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar masalah (persoalan mendasar) dan mana yang bukan, atau mana yang bukan, atau mana yang merupakan masalah turunan atau masalah ikutan.
  2. Kedua, akan dapat dipakai  untuk mengetahui potensi  yang ada (kekuatan dan kelemahan) yang hidup dalam masyarakat. Jadi dalam proses analisis, kita tidak melulu berkutat dalam “masalah”, melainkan diarahkan untuk bisa memecahkan masalah dan dengan demikian akan diperiksa pula kemungkinan dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
  3. Ketiga, dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat yang paling dirugikan (termasuk menjawab mengapa demikian), dan
  4. Keempat, dari hasil-hasil tersebut, dapat diramalkan apa yang akan terjadi, sehingga dengan demikian dapat pula diperkirakan apa yang harus dilakukan.

Alasan ini, tentunya saja hanya sebagian dari alasan yang bisa dijumpai oleh para pelaku analisis sosial. Alasan lain sudah tentu bisa dicari, sesuai dengan situasi setempat dan masalah yang dihadapi. Mempunyai alasan yang kuat, pada umumnya akan membangun motivasi kerja yang lebih kuat dan seksama.

Tempat analisis sosial ?

Kalangan akademis pada umumnya menghasilkan karya-karya yang “bagus” dan “bermutu” melalui kegiatan keilmuannya? Untuk apa kesemua ini ? naskah-naskah itu biasanya tergeletak begitu saja di rak-rak kampus, menjadi bahan referensi atau menjadi teman kutu buku (lepisma). Memang ada pula yang digunakan  untuk keperluan kemasyarakatan, terutama oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan. Hubungan antara kampus dengan negara, menjadikan kampus pada dasarnya lebih dekat dengan negara, ketimbang dengan masyarakat meski hal ini tidak selalu demikian. Krisis panjang hasil dari kekuasaan orde baru dapat dapat dikatakan mendapat sumbangan pula dari kalangan akademisi, intelektual, yang tidak berpihak pada massa rakyat. tetapi sebaliknya berpihak pada penguasa.

Berbeda dengan  analisis sosial yang hendak dikembangkan disini. Analisis sosial bukan sejenis pekerjaan iseng tanpa dasar. Kegiatan ini dengan jelas didedikasikan dan diorientasikan untuk sesuatu keperluan untuk perubahan. Ada watak mengubah yang dihidupkan dalam proses analisis sosial ini. Karena itu analisis yang dilakukan, selalu bersifat kritis. Kritis bukan asal tidak setuju, melainkan cara melihat masalah  dengan seksama, mempertanyakan setiap segi masalah dengan teliti. Justru karena itu pula, menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial merupakan salah satu titik simpul dari proses perubahan panjang mendorong perubahan. Analisis sosial akan menghasilkan semacam “peta” denah, yang memberikan arahan dan dasar, bagi usaha-usaha perubahan.

Apakah hasil kesimpulan dari analisis bersifat final ?

Tentu saja tidak. Hasil analisis dapat dikatakan hanya merupakan kebenaran tentative, bersifat sementara, yang bisa merubah sesuatu dengan fakta atau data temuan-temuan yang baru. Dengan demikian, analisis ini bersifat dinamis, terus bergerak, memperbaharui diri, dikaji ulang dan terus diperkuat dengan fakta-fakta pendukung. Hasil analisis bukan suatu dogma, atau sejenis kebenaran tunggal. Ketentuan ini mengharuskan pelaku analisis sosial tidak bersifat kaku atau berpikiran sempit, melainkan menjadi pihak yang haus akan kebenaran, terus mencari, menggali dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Karena itu pula pelaku analisis sosial tidak boleh cepat puas dengan hasil temuannya. Dan sebaliknya terus mengembangkan sikap kritis.

Siapa pelaku analisis sosial ?
Bicara tentang analisis sosial pada umumnya selalu dikaitkan dengan dunia akademik, kaum cendikiawan, kaum intelektual, ilmuan atau kalangan terpelajar lainnya. Ada kesan yang sangat kuat bahwa analisis sosial hanya milik mereka. Masyarakat awam tidak punya hak untuk melakukannya. Bahkan kalau melakukan, maka disediakan mekanisme sedemikian rupa, sehingga hasil analisis awam dimentahkan. Entah dinyatakan tidak ilmiah, ngawur, salah atau apapun?
Pemahaman yang demikian bukan saja keliru, melainkan mengandung maksud-maksud tertentu yang tidak sehat dan penuh dengan kepentingan. Pengembangan analisis sosial disini, justru ingin membuka sekat atau pintu itu, dan memberikannya kesempatan kepada siapapun untuk melakukannya. Malahan mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu akan merupakan pihak yang paling kaya dengan data dan informasi. Justru analisis yang dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat akan lebih berpeluang  mendekati kebenaran. Tanpa memberikan kemampuan yang cukup kepada masyarakat luas untuk melakukan analisis terhadap apa yang menjadi dilingkungan mereka atau apa yang mereka alami, maka mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat bergantung” dan pada gilirannya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.

Prinsip-prinsip analisis sosial


1.     Analisis sosial bukan suatu bentuk pemecah masalah, melainkan hanyalah diagnosis (pencarian akar masalah) yang sangat mungkin digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, karena analisis sosial memberikan pengetahuan yang lengkap, sehingga diharapkan keputusan atau tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang tepat. Hasil analisis akan menjadi petunjuk dalam menemukan suatu masalah.
2.     Analisis sosial tidak bersifat netral, selalu berawal dari keberpihakan terhadap suatu keyakinan. Soal ini berkait dengan perspektif, asumsi-asumsi dasar dan sikap yang diambil dalam proses melakukan analisis.
3.     Karena poin b, maka analisis sosial dapat digunakan siapapun (bukan monopoli kalangan akademisi), tetapi bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
4.     Analisis sosial lebih memiliki kecenderungan mengubah; tendensi untuk menggunakan gambaran yang diperoleh dari analisis sosial bagi keperluan tindakan-tindakan mengubah, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial berposisi sebagai salah satu simpul dalam siklus kerja transformasi.
5.     Analisis sosial yang akan dikembangkan disini adalah suatu proses analisis yang akan menggunakan “tindakan manusia” sebagai sentral/pusat dalam melihat suatu fenomena yang nyata.

Apa yang dilakukan dalam analisis sosial

Dalam proses ini yang dilakukan bukan sekedar mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha membongkar apa yang terjadi sesungguhnya, bahkan menjawab mengapa demikian, dan menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh kepada kejadian tersebut. Lebih dari itu, analisis sosial, seyogyanya mampu memberikan prediksi kedepan: kemungkinan yang akan terjadi.

Tahap analisis sosial :

Bagaimana analisis sosisal dilakukan ? tahap apa saja yang dilalui ?
a.      Tahap menetapkan posisi, orientasi; pada intinya pada tahap ini, pelaku analisis perlu mempertegas dan menyingkap motif serta argumen (idiologis) dari tindakan analisis sosial. Adalah penting untuk disadari bahwa orientasi dasar akan sangat berpengaruh kepada tahap selanjutnya dalam proses analisis.
b.     Tahap pengumpulan dan penyusunan data : tujuan dan maksud dari tahap ini, agar analisis memiliki dasar rasionalitas yang dapat diterima akal sehat (tidak dianggap gossip); ujung dari pengumpulan data ini adalah suatu upaya untuk merangkai data, dan menyusunnya menjadi deskripsi tentang suatu persoalan.
c.      Tahap analisis: pada tahap ini, data yang telah terkumpul diupayakan untuk dicari atau ditemukan hubungan-hubungan diantaranya.
d.     Tahap penarikan kesimpulan : setelah berbagai aspek tersebut ditemukan, maka pada akhirnya suatu kesimpulan akan diambil; kesimpulan merupakan gambaran utuh dari suatu situasi yang didasarkan kepada hasil analisa: dengan demikian kualitas kesimpulan sangat tergantung dari proses tahap-tahap penganalisaan, juga bergantung pada kompleksitas issue, kekayaan data dan akurasi data yang tersedia, ketepatan Pertanyaan atau rumusan terhadap masalah dan kriteria yang mempengaruhi penilaian-penilaian atas unsur-unsur akar masalah.

Apa yang penting ditelaah dalam melakukan analisis. Antara lain : kaitan histories (kesejarahan, sejarah peristiwa), kaitan struktur, nilai-nilai, reaksi yang berkembang dan arah masa depan.

Telaah histories, dimaksudkan untuk melihat kebelakang. Asumsi dasar dari telaah ini bahwa suatu peristiwa tidak dengan begitu saja hadir melainkan melalui sebuah proses sejarah. Dengan ini kejadian, peristiwa atau hal tersebut dapat diletakkan posisinya dalam kerangka masa lalu, masa kini dan masa depan. Melalui telaah ini akan dikembangkan pula kesadaran histories.

Telaah struktur, biasanya orang enggan dan cemas melakukan telaah ini, terutama oleh stigma tertentu. Analisis ini sangat tajam dalam melihat apa yang ada, dan mempersoalkan apa yang mungkin tidak pernah berani diganggu gugat. Struktur yang akan dilihat adalah: ekonomi (distribusi sumberdaya); politik (bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial (bagaimana masyarakat mengatur hubungan diluar politik dan ekonomi);dan budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).

Telaah nilai, penting pula untuk diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat. Mengapa demikian, dan siapa yang paling berkepentingan dengan pengembangan nilai-nilai.

Telaah reaksi, melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan mengenai siapa atau pihak mana yang sudah bereaksi, mengapa reaksi muncul dan bagaimana bentuknya. Telaah ini penting untuk menuntun kepada pemahaman mengenai “peta” kekuatan yang bekerja.


Telaah masa depan, tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan atau meramalkan, apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi (ramalan) akan dapat menjadi indikasi mengenai kualitas dari tahap-tahap sebelumnya.

Bahan Tambahan I Proses Analisis


Dalam melakukan analisis sosial, pengetahuan mengenai kenyataan-kenyataan sosial menjadi sangat penting. Tanpa adanya pengetahuan yang akurat, maka bahan analisis adalah bahan baku yang buruk. Ibarat dokter yang melakukan diagnosa, dimana diagnosa tersebut dijalankan tanpa pemeriksaan lebih dahulu. Bagaimana mungkin dokter bisa menemukan jenis penyakit, tanpa menyentuh pasien? Secara medis, ilmu kedokteran, hal ini tentu tidak bisa diterima. Lantas bagaimana agar kita bisa memperoleh data yang akurat ? proses apa yang mesti dilalui?
Harus disadari bahwa suatu proses penyelidikan di sini, tidak perlu dipersempit maknanya menjadi hanya sekedar proses pencarian data, melainkan proses yang lebih lengkap, yang meliputi tahap :

Mengidentifikasi masalah

Melakukan identifikasi masalah bermakna mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Bila anda bekerja dipedesaan, maka mengidentifikasi masalah berarti menemukan apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa. Untuk bisa menemukan masalah secara lebih baik, seorang organizer bisa menempuh beberapa cara :
-         Pertama, datang langsung ke lokasi. Dilokasi organizer bisa menemukan orang-orang kunci, bisa pemuka masyarakat setempat, atau orang lain, yang dipandang menguasai persoalan desa setempat. Ajaklah orang tersebut berdiskusi panjang lebar mengenai situasi desa. Biasanya orang desa bisa tergerak untuk memberikan informasi, dalam suasana yang santai, informal.
-         Kedua, membuat kelompok diskusi atau diskusi kelompok, yang bersifat terbatas dan terfokus (masalah yang hendak didiskusikan). Dengan membuat kelompok diskusi ini, biasanya akan lebih banyak hal yang bisa ditemukan, meskipun mungkin terdapat titik lemah disana-sini. Yang jelas, organizer harus bisa menggalang masyarakat untuk bersedia bergabung dalam diskusi kelompok.
-         Ketiga, menggali dokumen-dokumen, baik penelitian yang sudah ada, atau dokumen resmi pemerintah.
-         Keempat, menggali informasi dari peneliti sebelumnya pernah melakukan penelitian. Informasi awal sangat penting bagi kelanjutan proses penyelidikan.
-         Cara lain bisa dikembangkan, sesuai dengan situasi, kondisi dan konteks masalah yang hendak diungkapkan.

Menentukan Metode yang akan digunakan, dan sekaligus menyusun suatu rencana kerja untuk keseluruhan proses penyelidikan.

Apa yang perlu dipersiapkan dalam proses ini ? (a) menentukan lebih dahulu bidang yang hendak diselidiki; (b) Memilih metode yang paling tepat, dengan pertimbangan : mampu melibatkan semua pihak, partisipatif, kuantitatif dan kualitatif, pada prinsipnya diusahakan agar masyarakat juga terlatih untuk: (c) Metode yang bisa digunakan, antara lain: dialog dan diskusi kelompok, lokakarya dan cara lain yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
-         Mengumpulkan data, dan melakukan proses seleksi data  -  memilih mana yang bisa digunakan dan mana yang tidak bisa digunakan.
-         Melakukan analisis atas temuan-temuan
-         Merumuskan kesimpulan dan menentukan rekomendasi apa yang harus dilakukan

Bahan tambahan 2
Paradigma analisis sosial

Suatu analisis sosial, sesungguhnya akan sangat tergantung pada bagaimana kita memandang suatu masalah, dan bagaimana kerangka pikir yang ingin kita gunakan. Sebagai contoh : sebagai orang tua, ketika mendapat nilai raport anaknya buruk, penuh dengan angka merah – apa yang biasanya dilakukan oleh orang tua? Ada yang marah dan memaki anak – dasar anak dungu, malas belajar. Adapula yang menyalahkan guru dari si anak – dasar guru yang bodoh, tidak bisa mendidik anak , dan lain-lain. Dari mana kesimpulan itu muncul? Apakah kesimpulan tersebut mempunyai makna tertentu? Apakah kesimpulan tersebut didasarkan pada asumsi (anggapan-anggapan) tertentu ? Dalam melakukan analisis sosial, kita sangat perlu untuk memahami dan memeriksa dengan seksama anggapan-anggapan yang digunakan, sebab dengan anggapan yang salah, sangat mungkin akan menghasilkan kesimpulan yang salah pula. Disinalah kita perlu untuk menetapkan atau memilih paradigma (berpikir) yang ingin digunakan. Sebagai gambaran, berikut ini beberpa kerangka berpikir yang lajim digunakan di masyarakat.

Paradigma status sosial

Paradigma ini memandang struktur sosial yang ada adalah hasil dari suatu proses yang wajar, alamiah, dan karena itu tidak perlu dipersoalkan. Perbedaan tingkat sosial dipandang sebagai akibat dari adanya perbedaan antar individu. Setiap orang harus berkembang sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Oleh sebab itu, dalam melihat kemiskinan paradigma konservatif cenderung menyalahkan orang miskin (menyalahkan korban). Orang miskin dinilai bodoh, malas tidak punya motivasi berprestasi tinggi, tidak punya keterampilan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, golongan konservatif umumnya bicara mengenai budaya dan mentalitas. Yani perlu perubahan mentalitas, dan perlunya si miskin memiliki motivasi untuk maju, untuk berkembang.

Paradigma liberal

Seperti halnya kaum konservatif, kaum liberal juga tidak mempersoalkan struktur sosial. Hanya saja perbedaannya adalah kaum liberal tidak menyalahkan korban (si miskin), melainkan menyalahkan ruang sosial yang teristorsi (rancu dan macet), sebagai akibat dari penyelenggaraan negara yang tidak benar. Kaum liberal percaya bila pasar dibiarkan berjalan dengan tanpa intervensi, maka akan sangat banyak membantu proses perbaikan keadaan. Pada sisi yang lain; kaum liberal menuntut agar segala bentuk pembatasan yang dilakukan negara, deskriminasi dan segala hal yang membuat individu tidak bisa berkembang dengan wajar, dihilangkan. Artinya, masalah kemiskinan dipandang sebagai masalah kesempatan (peluang). Apabila kesempatan berusaha terbuka, maka diyakini bahwa si miskin akan bisa mengatasi  masalahnya. Kaum liberal juga menganjurkan agar ada perbaikan yang seksama, sehingga si miskin memperoleh pelayanan dan kemudahan, agar bisa tumbuh secara baik dan mengatasi masalahnya.

ParadigmaTransformatif


Paradigma ini melihat konflik bukan sebagai masalah, justru melihat bahwa konflik merupakan energi untuk perubahan. Perubahan yang dimaksud dipandang tidak akan memberi banyak arti bila tidak menyentuh perubahan struktur sosial. Sebab struktur sosial yang timpang, dipandang sebagai sumber dari segala sumber masalah. Pemberian peluang atau kesempatan, tidak diperlukan, sebab yang lebih utama adalah gerak perubahan struktur, sebab itulah pemberian kesempatan yang sebenarnya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar