Rabu, 28 Maret 2012

MAHASISWA MENGGUGAT

Aksi demontrasi mahasiswa di seluruh daerah yang ada di Indonesia, yang menentang rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), telah menciptakan multi-interpretasi di dalam masyarakat.
Gerakan mahasiswa yang biasa kita saksikan di layar televisi beberapa waktu ini semakin memprihatinkan, sebab mahasiswa kini lebih frontal dan bersifat sporadis dalam menyuarakan aspirasinya.
Banyak kalangan yang mengecam tindakan brutal gerakan mahasiswa Indonesia kontemporer tersebut, namun di sisi lain banyak juga yang mendukung gerakan mahasiswa tersebut, sebagai upaya untuk menghentikan kebijakan pemerintahan yang tidak pro terhadap masyarakat.
Di kota Makassar sendiri, beberapa kampus-kampus besar terus melakukan aksi demontrasi untuk menolak rencana kenaikan bahan bakar minyak yang sekiranya akan berlaku pada tanggal 1 April mendatang, jalan-jalan di blokade oleh mahasiswa, baik itu Universitas Indonesia Timur (UIT), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, semua serentak turun kejalan untuk menuntut pemerintah (SBY-BOEDIONO) agar tidak menaikkan harga bahan bakar minyak.
Massifnya gerakan mahasiswa yang ada di kota Makassar membuat pemerintah dan aparat kepolisian sedikit "GALAU" yang akhirnya mesti meminta bantuan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk membantu mengamankan SPBU-SPBU yang ada di kota Makassar.
Banyak pula perusahaan-perusahaan asing yang di anggap pendukung kebijakan kenaikan BBM pun tak luput dari serangan para mahasiswa yang marah dan resah melihat kondisi kebangsaan dewasa ini.
Bentrokan antara kelompok mahasiswa dan polisi pun tak terhindarkan, bahkan menurut beberapa keterangan yang ada di lapangan, pihak kepolisian telah memprovokasi masyarakat untuk melawan para mahasiswa. Tak ayal benturan antara mahasiswa dan masyarakat pun terjadi di sekitar jalan Alauddin tepat di depan Kampus UIN Alauddin dan di jalan Perintis Kemerdekaan kota Makassar.
Banyak asumsi yang bermunculan bahwa gerakan mahasiswa Makassar adalah gerakan yang tidak mencirikan sebagai kaum intelektual dan bukan contoh yang baik, namun mesti kita garis bawahi bahwa di setiap zaman dan dari masa ke masa, kelompok mahasiswa merupakan kekuatan yang mampu mendobrak struktur kekuasaan dominan di Indonesia. Sebagai contoh pada saat reformasi bergulir Mei tahun 1998, awalnya setiap orang mengecam tindakan mahasiswa yang sering menutup akses jalan sehingga menyebabkan kemacetan yang panjang, namun ketika kran-kran demokrasi terbuka lebar dan Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden. Masyarakat dapat merasakan udara segar kebebasan setelah di pimpin seorang penguasa orde baru yang otoritarian.
Kini ketika mahasiswa kembali tampil sebagai pressure group (kekuatan penekan) untuk menolak rencana kenaikan BBM, kembali di kecam dan di anggap sebagai pembuat onar dan bersifat anarkis.
Padahal dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), jelas akan menstimulir setiap harga-harga    bahan bahan pokok juga akan naik. Dan tentunya akan semakin menciptakan kemiskinan struktural di masyarakat.
Dalam tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk mendukung setiap aksi brutal dan anarkis para mahasiswa, tetapi lebih mencoba memahami bahwa mahasiswa secara inheren dimiikinya.
Berikut ini, akan coba di jelaskan gerakan mahasiswa Indonesia dari masa ke masa.

*      Mahasiswa dalam Sebuah History :
1.      Tahun 1908  :  Budi Utomo
                              Didirikan oleh sekumpulan pelajar (DR. Sutomo Dkk) yang berasal dari Lembaga Pendidikan STOVIA (School To Opleiding Van Indische Artsen) adalah sekolah kedokteran di Jakarta yang merupakan cikal bakal Universitas Indonesia.
2.      Tahun 1922  :  Perhimpunan Indonesia
                              Merupakan Kumpulan Pelajar dan Mahasiswa yang belajar di negri Belanda yang melakukan perjuangan dengan pergerakan bawah tanah.
3.      Tahun 1924  :  Lahirnya Study Club
                              Study Club memiliki Orientasi awal pada pergerakan kemerdekaan dan kebangsaan, pada saat itu munculah 2 Study Club pergerakan Mahasiswa ;
a.      Kelompok Study Indonesia, didirikan pada tanggal 24 November 1924 oleh DR. Sutomo.
b.      Kelompok Study Umum, yang didirikan pada tahun yang sama oleh Ishak Cokridisuryo.
4.      Tahun 1928  :  Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda dicetus pada kongres II di Jakarta yang dipelopori oleh Perhimpunan Pelajar Pemuda Indonesia (P3I) yang didirikan pada tahun 1926.
5.      Tahun 1944  :  Konsep NKRI
Untuk pertama kalinya konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia dicetus berdasarkan pemikiran Tan Malaka melalui kajian bersama Pemuda dan Pelajar pada akhir tahun 1944 yang berangkat dari konsep Sumpah Pemuda 1928.
6.      Tahun 1945  :  Proklamasi RI
Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan tonggak sejarah NKRI, diawali dengan peristiwa Rengas Dengklok yang dipelopori oleh Chairil Saleh dan Sukarni.
7.      Tahun 1963  :  Pemberontakan DI/TII
Pada tahun ini gerakan mahasiswa (Islam) berada pada sebuah jebakan pemerintah yang mengklaim DI/TII adalah gerakan pemberontakan yang mengancam Negara, namun pergerakan DI/TII sesungguhnya adalah sebuah bentuk pergerakan dalam menentang ideology komunis yang dalam falsafahnya bertentangan dengan Islam.
8.      Tahun 1966  :  G. 30 S PKI
Moment awal keruntuhan Orde Lama dibawah kekuasaan Soekarno yang dipelopori oleh HMI dan beberapa Organisasi Mahasiswa lainnya dalam wadah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dengan mencetuskan HANURA (Hati Nurani Rakyat).
9.      Tahun 1974  :  Malapetaka Lima Belas January (MALARY)
Sebuah pergerakan mahasiswa Indonesia dalam menolak bantuan luar negri kepada Indonesia karena dianggap akan melahirkan beban Negara kedepan yang tidak seimbang dengan kondisi pada saat itu, dalam moment ini Hariman Siregar di tokohkan.
10.  Tahun 1978  :  NKK – BKK
*      Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK)
Kebijakan ini resmi diberlakukan dengan dikeluarkannya SK No. 0156/U/1978 oleh Daud Yusuf selaku MENDIKBUD, dengan alasan bahwa dunia kampus sudah tidak mencerminkan lagi namun telah menjadi ajang politik praktis, kebijakan ini berorientasi pada pembunuhan karakter mahasiswa dan mengarahkan mahasiswa untuk berpikir akademis semata.
*      Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK)
Kebijakan ini resmi berlaku dengan dikeluarkannya SK No. 0371/U/1979 tentang bentuk susunan lembaga organisasi kemahasiswaan DAN KEMUDIAN DILEGITIMASI DENGAN INSTRUKSI dikti No. 22/DJ/Inst/78 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di perguruan tinggi.
11.  Tahun 1988  :  Kasus Helm (Siti Hardiyanti Rukmana)
Pada tahun ini dikeluarkanlah sebuah kebijakan bagi pengendara motor untuk menggunakan helm (pengendara dan yang dibonceng), namun kenapa kebijakan ini justeru dikeluarkan pada saat Mbah Tutut sedang membuka usaha helm pada rezim Soeharto.
12.  Tahun 1996  :  April Makassar Berdarah (AMARAH)
Pada tahun ini makassar menangis, pergerakan mahasiswa makassar dalam menolak kebijakan walikota makassar tentang kenaikan tarif pete-pete (Angkutan Kota) dari Rp. 300,- menjadi Rp. 500,- yang diakibatkan naiknya BBM, semua mahasiswa makassar melakukan aksi menolak sehingga menyebabkan 3 mahasiswa Universitas Muslim Indonesia Menjadi korban (Saiful Biya, Tasrif, Andi Sultan Iskandar) karena kampus II UMI dimasuki Tentara yang mengendarai Panser (Reformasi Berawali Dari Tanah Makassar).
13.  Tahun 1998  :  Reformasi
Pada tahun tersebut merupakan moment runtuhnya rezim Orde Baru, ditandai dengan kasus TRISAKTI.
14.  Tahun 2004  :  Mei Makassar Berdarah (MEMAR)
Pada tahun tersebut untuk kedua kalinya Aparat pemerintah memasuki kampus II UMI namun bukan oleh Tentara tapi Polisi yang menyebabkan lebih dari 300 mahasiswa menjadi korban (Luka Berat dan Ringan, bahkan salah satu mahasiswa fakultas Teknik menjadi sasaran tembak yang menembus paha kanan).
*Disadur dari materi Identitas Mahasiswa
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar

Kesimpulan dari penulis :
Gerakan mahasiswa merupakan sebuah refleksi dari keresahan moral kebangsaan yang dimilikinya, sehingga mereka pun bergerak secara massif untuk sekedar mengingatkan kepada penguasa di negeri ini, bahwa rakyat sedang menderita.
Meskipun di sisi lain, formulasi gerakan yang biasa kita lihat terkesan sporadis dan tidak terkendali, para mahasiswa dan aktivis pergerakan pun sadar yang mereka lakukan. 
Tetapi di balik semua itu, perlu kita semua apresiasi keberanian para mahasiswa dalam memperjuangkan suara rakyat meskipun nyawa, darah, air mata dan lelah menyertai perjuangan mereka...

HIDUP MAHASISWA...
HIDUP MAHASISWA...
HIDUP RAKYAT...












Jumat, 23 Maret 2012

ANALISIS SOSIAL



Apa yang dimaksud dengan analisis sosial ?

Suatu (proses) analisis sosial adalah usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang situasi (keadaan, kenyataan) sosial. Yang dimaksudkan dengan gambaran lengkap adalah gambaran mengenai hubungan-hubungan struktural, kultural dan histories, dari situasi sosial yang diamati (atau dialami). Contoh : penduduk desa telah mendapati kenyataan panenan yang menurun, sebagai akibat dari tanah yang menurun kualitasnya.
Mengapa masalah ini terjadi ? apakah ini adalah hasil dari kesalahan petani ? Apakah kasus ini hanya dialami oleh satu orang petani, ataukah pada kebanyakan petani, analisis sosial (yang baik dan teliti) akan berusaha membongkar masalah ini sehingga diperoleh suatu kejelasan, mengapa masalah tersebut terjadi, apa penyebabnya, siapa saja yang terlibat, prosesnya dan siapa yang paling dirugikan dari situasi tersebut.

Pekerjaan analisis sosial, dapat dikatakan “mirip” dengan penelitian yang sering dilakukan oleh orang-orang sekolahan (orang kampus). Mengapa dikatakan mirip, sebab analisis sosial disini memang bukan pekerjaan akademisi, melainkan pekerjaan yang akan langsung berkaitan dengan usaha-usaha perubahan. Bagi rakyat desa, petani, buruh atau “orang awan” kebanyakan, melakukan analisis sosial, bukan dimaksudkan untuk meningkatkan kecerdasan, melainkan menjadi bahan dasar dalam melakukan tindakan. Tanpa analisis yang baik dan teliti, tindakan-tindakan yang akan dilakukan tentu tidak akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Pekerjaan ini juga mirip dengan pekerjaan dokter ketika menghadapi pasiennya. Analisis disini seperti diagnosa dokter, sebelum memberikan resep (obat) pada pasien. Jika diagnosa dokter keliru, maka pasien akan mendapatkan obat yang salah. Maka yang akan diperoleh bukan kesembuhan, melainkan penyakit baru. Inilah makna penting dari analisis sosial.

Mengapa analisis sosial ?

Apa sebetulnya yang dijanjikan oleh proses analisis sosial, sehingga membuat proses ini mempunyai nilai penting ?
  1. Pertama, berguna untuk mengidentifikasi dan memahami persoalan-persoalan yang berkembang  (ada) secara lebih mendalam dan seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar masalah (persoalan mendasar) dan mana yang bukan, atau mana yang bukan, atau mana yang merupakan masalah turunan atau masalah ikutan.
  2. Kedua, akan dapat dipakai  untuk mengetahui potensi  yang ada (kekuatan dan kelemahan) yang hidup dalam masyarakat. Jadi dalam proses analisis, kita tidak melulu berkutat dalam “masalah”, melainkan diarahkan untuk bisa memecahkan masalah dan dengan demikian akan diperiksa pula kemungkinan dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
  3. Ketiga, dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat yang paling dirugikan (termasuk menjawab mengapa demikian), dan
  4. Keempat, dari hasil-hasil tersebut, dapat diramalkan apa yang akan terjadi, sehingga dengan demikian dapat pula diperkirakan apa yang harus dilakukan.

Alasan ini, tentunya saja hanya sebagian dari alasan yang bisa dijumpai oleh para pelaku analisis sosial. Alasan lain sudah tentu bisa dicari, sesuai dengan situasi setempat dan masalah yang dihadapi. Mempunyai alasan yang kuat, pada umumnya akan membangun motivasi kerja yang lebih kuat dan seksama.

Tempat analisis sosial ?

Kalangan akademis pada umumnya menghasilkan karya-karya yang “bagus” dan “bermutu” melalui kegiatan keilmuannya? Untuk apa kesemua ini ? naskah-naskah itu biasanya tergeletak begitu saja di rak-rak kampus, menjadi bahan referensi atau menjadi teman kutu buku (lepisma). Memang ada pula yang digunakan  untuk keperluan kemasyarakatan, terutama oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan. Hubungan antara kampus dengan negara, menjadikan kampus pada dasarnya lebih dekat dengan negara, ketimbang dengan masyarakat meski hal ini tidak selalu demikian. Krisis panjang hasil dari kekuasaan orde baru dapat dapat dikatakan mendapat sumbangan pula dari kalangan akademisi, intelektual, yang tidak berpihak pada massa rakyat. tetapi sebaliknya berpihak pada penguasa.

Berbeda dengan  analisis sosial yang hendak dikembangkan disini. Analisis sosial bukan sejenis pekerjaan iseng tanpa dasar. Kegiatan ini dengan jelas didedikasikan dan diorientasikan untuk sesuatu keperluan untuk perubahan. Ada watak mengubah yang dihidupkan dalam proses analisis sosial ini. Karena itu analisis yang dilakukan, selalu bersifat kritis. Kritis bukan asal tidak setuju, melainkan cara melihat masalah  dengan seksama, mempertanyakan setiap segi masalah dengan teliti. Justru karena itu pula, menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial merupakan salah satu titik simpul dari proses perubahan panjang mendorong perubahan. Analisis sosial akan menghasilkan semacam “peta” denah, yang memberikan arahan dan dasar, bagi usaha-usaha perubahan.

Apakah hasil kesimpulan dari analisis bersifat final ?

Tentu saja tidak. Hasil analisis dapat dikatakan hanya merupakan kebenaran tentative, bersifat sementara, yang bisa merubah sesuatu dengan fakta atau data temuan-temuan yang baru. Dengan demikian, analisis ini bersifat dinamis, terus bergerak, memperbaharui diri, dikaji ulang dan terus diperkuat dengan fakta-fakta pendukung. Hasil analisis bukan suatu dogma, atau sejenis kebenaran tunggal. Ketentuan ini mengharuskan pelaku analisis sosial tidak bersifat kaku atau berpikiran sempit, melainkan menjadi pihak yang haus akan kebenaran, terus mencari, menggali dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Karena itu pula pelaku analisis sosial tidak boleh cepat puas dengan hasil temuannya. Dan sebaliknya terus mengembangkan sikap kritis.

Siapa pelaku analisis sosial ?
Bicara tentang analisis sosial pada umumnya selalu dikaitkan dengan dunia akademik, kaum cendikiawan, kaum intelektual, ilmuan atau kalangan terpelajar lainnya. Ada kesan yang sangat kuat bahwa analisis sosial hanya milik mereka. Masyarakat awam tidak punya hak untuk melakukannya. Bahkan kalau melakukan, maka disediakan mekanisme sedemikian rupa, sehingga hasil analisis awam dimentahkan. Entah dinyatakan tidak ilmiah, ngawur, salah atau apapun?
Pemahaman yang demikian bukan saja keliru, melainkan mengandung maksud-maksud tertentu yang tidak sehat dan penuh dengan kepentingan. Pengembangan analisis sosial disini, justru ingin membuka sekat atau pintu itu, dan memberikannya kesempatan kepada siapapun untuk melakukannya. Malahan mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu akan merupakan pihak yang paling kaya dengan data dan informasi. Justru analisis yang dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat akan lebih berpeluang  mendekati kebenaran. Tanpa memberikan kemampuan yang cukup kepada masyarakat luas untuk melakukan analisis terhadap apa yang menjadi dilingkungan mereka atau apa yang mereka alami, maka mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat bergantung” dan pada gilirannya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.

Prinsip-prinsip analisis sosial


1.     Analisis sosial bukan suatu bentuk pemecah masalah, melainkan hanyalah diagnosis (pencarian akar masalah) yang sangat mungkin digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, karena analisis sosial memberikan pengetahuan yang lengkap, sehingga diharapkan keputusan atau tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang tepat. Hasil analisis akan menjadi petunjuk dalam menemukan suatu masalah.
2.     Analisis sosial tidak bersifat netral, selalu berawal dari keberpihakan terhadap suatu keyakinan. Soal ini berkait dengan perspektif, asumsi-asumsi dasar dan sikap yang diambil dalam proses melakukan analisis.
3.     Karena poin b, maka analisis sosial dapat digunakan siapapun (bukan monopoli kalangan akademisi), tetapi bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
4.     Analisis sosial lebih memiliki kecenderungan mengubah; tendensi untuk menggunakan gambaran yang diperoleh dari analisis sosial bagi keperluan tindakan-tindakan mengubah, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial berposisi sebagai salah satu simpul dalam siklus kerja transformasi.
5.     Analisis sosial yang akan dikembangkan disini adalah suatu proses analisis yang akan menggunakan “tindakan manusia” sebagai sentral/pusat dalam melihat suatu fenomena yang nyata.

Apa yang dilakukan dalam analisis sosial

Dalam proses ini yang dilakukan bukan sekedar mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha membongkar apa yang terjadi sesungguhnya, bahkan menjawab mengapa demikian, dan menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh kepada kejadian tersebut. Lebih dari itu, analisis sosial, seyogyanya mampu memberikan prediksi kedepan: kemungkinan yang akan terjadi.

Tahap analisis sosial :

Bagaimana analisis sosisal dilakukan ? tahap apa saja yang dilalui ?
a.      Tahap menetapkan posisi, orientasi; pada intinya pada tahap ini, pelaku analisis perlu mempertegas dan menyingkap motif serta argumen (idiologis) dari tindakan analisis sosial. Adalah penting untuk disadari bahwa orientasi dasar akan sangat berpengaruh kepada tahap selanjutnya dalam proses analisis.
b.     Tahap pengumpulan dan penyusunan data : tujuan dan maksud dari tahap ini, agar analisis memiliki dasar rasionalitas yang dapat diterima akal sehat (tidak dianggap gossip); ujung dari pengumpulan data ini adalah suatu upaya untuk merangkai data, dan menyusunnya menjadi deskripsi tentang suatu persoalan.
c.      Tahap analisis: pada tahap ini, data yang telah terkumpul diupayakan untuk dicari atau ditemukan hubungan-hubungan diantaranya.
d.     Tahap penarikan kesimpulan : setelah berbagai aspek tersebut ditemukan, maka pada akhirnya suatu kesimpulan akan diambil; kesimpulan merupakan gambaran utuh dari suatu situasi yang didasarkan kepada hasil analisa: dengan demikian kualitas kesimpulan sangat tergantung dari proses tahap-tahap penganalisaan, juga bergantung pada kompleksitas issue, kekayaan data dan akurasi data yang tersedia, ketepatan Pertanyaan atau rumusan terhadap masalah dan kriteria yang mempengaruhi penilaian-penilaian atas unsur-unsur akar masalah.

Apa yang penting ditelaah dalam melakukan analisis. Antara lain : kaitan histories (kesejarahan, sejarah peristiwa), kaitan struktur, nilai-nilai, reaksi yang berkembang dan arah masa depan.

Telaah histories, dimaksudkan untuk melihat kebelakang. Asumsi dasar dari telaah ini bahwa suatu peristiwa tidak dengan begitu saja hadir melainkan melalui sebuah proses sejarah. Dengan ini kejadian, peristiwa atau hal tersebut dapat diletakkan posisinya dalam kerangka masa lalu, masa kini dan masa depan. Melalui telaah ini akan dikembangkan pula kesadaran histories.

Telaah struktur, biasanya orang enggan dan cemas melakukan telaah ini, terutama oleh stigma tertentu. Analisis ini sangat tajam dalam melihat apa yang ada, dan mempersoalkan apa yang mungkin tidak pernah berani diganggu gugat. Struktur yang akan dilihat adalah: ekonomi (distribusi sumberdaya); politik (bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial (bagaimana masyarakat mengatur hubungan diluar politik dan ekonomi);dan budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).

Telaah nilai, penting pula untuk diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat. Mengapa demikian, dan siapa yang paling berkepentingan dengan pengembangan nilai-nilai.

Telaah reaksi, melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan mengenai siapa atau pihak mana yang sudah bereaksi, mengapa reaksi muncul dan bagaimana bentuknya. Telaah ini penting untuk menuntun kepada pemahaman mengenai “peta” kekuatan yang bekerja.


Telaah masa depan, tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan atau meramalkan, apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi (ramalan) akan dapat menjadi indikasi mengenai kualitas dari tahap-tahap sebelumnya.

Bahan Tambahan I Proses Analisis


Dalam melakukan analisis sosial, pengetahuan mengenai kenyataan-kenyataan sosial menjadi sangat penting. Tanpa adanya pengetahuan yang akurat, maka bahan analisis adalah bahan baku yang buruk. Ibarat dokter yang melakukan diagnosa, dimana diagnosa tersebut dijalankan tanpa pemeriksaan lebih dahulu. Bagaimana mungkin dokter bisa menemukan jenis penyakit, tanpa menyentuh pasien? Secara medis, ilmu kedokteran, hal ini tentu tidak bisa diterima. Lantas bagaimana agar kita bisa memperoleh data yang akurat ? proses apa yang mesti dilalui?
Harus disadari bahwa suatu proses penyelidikan di sini, tidak perlu dipersempit maknanya menjadi hanya sekedar proses pencarian data, melainkan proses yang lebih lengkap, yang meliputi tahap :

Mengidentifikasi masalah

Melakukan identifikasi masalah bermakna mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Bila anda bekerja dipedesaan, maka mengidentifikasi masalah berarti menemukan apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa. Untuk bisa menemukan masalah secara lebih baik, seorang organizer bisa menempuh beberapa cara :
-         Pertama, datang langsung ke lokasi. Dilokasi organizer bisa menemukan orang-orang kunci, bisa pemuka masyarakat setempat, atau orang lain, yang dipandang menguasai persoalan desa setempat. Ajaklah orang tersebut berdiskusi panjang lebar mengenai situasi desa. Biasanya orang desa bisa tergerak untuk memberikan informasi, dalam suasana yang santai, informal.
-         Kedua, membuat kelompok diskusi atau diskusi kelompok, yang bersifat terbatas dan terfokus (masalah yang hendak didiskusikan). Dengan membuat kelompok diskusi ini, biasanya akan lebih banyak hal yang bisa ditemukan, meskipun mungkin terdapat titik lemah disana-sini. Yang jelas, organizer harus bisa menggalang masyarakat untuk bersedia bergabung dalam diskusi kelompok.
-         Ketiga, menggali dokumen-dokumen, baik penelitian yang sudah ada, atau dokumen resmi pemerintah.
-         Keempat, menggali informasi dari peneliti sebelumnya pernah melakukan penelitian. Informasi awal sangat penting bagi kelanjutan proses penyelidikan.
-         Cara lain bisa dikembangkan, sesuai dengan situasi, kondisi dan konteks masalah yang hendak diungkapkan.

Menentukan Metode yang akan digunakan, dan sekaligus menyusun suatu rencana kerja untuk keseluruhan proses penyelidikan.

Apa yang perlu dipersiapkan dalam proses ini ? (a) menentukan lebih dahulu bidang yang hendak diselidiki; (b) Memilih metode yang paling tepat, dengan pertimbangan : mampu melibatkan semua pihak, partisipatif, kuantitatif dan kualitatif, pada prinsipnya diusahakan agar masyarakat juga terlatih untuk: (c) Metode yang bisa digunakan, antara lain: dialog dan diskusi kelompok, lokakarya dan cara lain yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
-         Mengumpulkan data, dan melakukan proses seleksi data  -  memilih mana yang bisa digunakan dan mana yang tidak bisa digunakan.
-         Melakukan analisis atas temuan-temuan
-         Merumuskan kesimpulan dan menentukan rekomendasi apa yang harus dilakukan

Bahan tambahan 2
Paradigma analisis sosial

Suatu analisis sosial, sesungguhnya akan sangat tergantung pada bagaimana kita memandang suatu masalah, dan bagaimana kerangka pikir yang ingin kita gunakan. Sebagai contoh : sebagai orang tua, ketika mendapat nilai raport anaknya buruk, penuh dengan angka merah – apa yang biasanya dilakukan oleh orang tua? Ada yang marah dan memaki anak – dasar anak dungu, malas belajar. Adapula yang menyalahkan guru dari si anak – dasar guru yang bodoh, tidak bisa mendidik anak , dan lain-lain. Dari mana kesimpulan itu muncul? Apakah kesimpulan tersebut mempunyai makna tertentu? Apakah kesimpulan tersebut didasarkan pada asumsi (anggapan-anggapan) tertentu ? Dalam melakukan analisis sosial, kita sangat perlu untuk memahami dan memeriksa dengan seksama anggapan-anggapan yang digunakan, sebab dengan anggapan yang salah, sangat mungkin akan menghasilkan kesimpulan yang salah pula. Disinalah kita perlu untuk menetapkan atau memilih paradigma (berpikir) yang ingin digunakan. Sebagai gambaran, berikut ini beberpa kerangka berpikir yang lajim digunakan di masyarakat.

Paradigma status sosial

Paradigma ini memandang struktur sosial yang ada adalah hasil dari suatu proses yang wajar, alamiah, dan karena itu tidak perlu dipersoalkan. Perbedaan tingkat sosial dipandang sebagai akibat dari adanya perbedaan antar individu. Setiap orang harus berkembang sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Oleh sebab itu, dalam melihat kemiskinan paradigma konservatif cenderung menyalahkan orang miskin (menyalahkan korban). Orang miskin dinilai bodoh, malas tidak punya motivasi berprestasi tinggi, tidak punya keterampilan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, golongan konservatif umumnya bicara mengenai budaya dan mentalitas. Yani perlu perubahan mentalitas, dan perlunya si miskin memiliki motivasi untuk maju, untuk berkembang.

Paradigma liberal

Seperti halnya kaum konservatif, kaum liberal juga tidak mempersoalkan struktur sosial. Hanya saja perbedaannya adalah kaum liberal tidak menyalahkan korban (si miskin), melainkan menyalahkan ruang sosial yang teristorsi (rancu dan macet), sebagai akibat dari penyelenggaraan negara yang tidak benar. Kaum liberal percaya bila pasar dibiarkan berjalan dengan tanpa intervensi, maka akan sangat banyak membantu proses perbaikan keadaan. Pada sisi yang lain; kaum liberal menuntut agar segala bentuk pembatasan yang dilakukan negara, deskriminasi dan segala hal yang membuat individu tidak bisa berkembang dengan wajar, dihilangkan. Artinya, masalah kemiskinan dipandang sebagai masalah kesempatan (peluang). Apabila kesempatan berusaha terbuka, maka diyakini bahwa si miskin akan bisa mengatasi  masalahnya. Kaum liberal juga menganjurkan agar ada perbaikan yang seksama, sehingga si miskin memperoleh pelayanan dan kemudahan, agar bisa tumbuh secara baik dan mengatasi masalahnya.

ParadigmaTransformatif


Paradigma ini melihat konflik bukan sebagai masalah, justru melihat bahwa konflik merupakan energi untuk perubahan. Perubahan yang dimaksud dipandang tidak akan memberi banyak arti bila tidak menyentuh perubahan struktur sosial. Sebab struktur sosial yang timpang, dipandang sebagai sumber dari segala sumber masalah. Pemberian peluang atau kesempatan, tidak diperlukan, sebab yang lebih utama adalah gerak perubahan struktur, sebab itulah pemberian kesempatan yang sebenarnya.....

Kamis, 22 Maret 2012

MEMAHAMI RETORIKA

Definisi dan Tujuan
Retorika (rethoric) biasanya disinonimkan dengan seni atau kepandaian berpidato, sedangkan tujuannya adalah, menyampaikan fikiran dan perasaan kepada orang lain agar mereka mengikuti kehendak kita.
Menurut Aristoteles, dalam retorika terdapat 3 bagian inti yaitu :
1- Ethos (ethical) : Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara ia berkomunikasi
2- Pathos (emotional) : Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami dengan pendekatan “Psikologi massa”.
3- Logos (logical) : Yaitu pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh pembicara
Menurut Kenneth Burke, bahwa setiap bentuk-bentuk komunikasi adalah sebuah drama. Karenanya seorang pembicara hendaknya mampu ‘mendramatisir’ keadaan khalayaknya. (Dramaturgical Theory)
Menurut Walter Fisher, bahwa setiap komunikasi adalah bentuk dari cerita (storytelling). Karenanya, jika kita mampu bercerita sesungguhnya kita punya potensi untuk berceramah. (Narrative Paradigm)
Tokoh-tokoh Podium
- HOS Tjokroaminoto
- Ir. Soekarno
- Adolf Hitler
- Benito Musollini
- Napoleon Bonaparte
- Dll.
Macam-macam Pidato
  1. Pidato Ilmiah
  2. Pidato Ritual Keagamaan (khutbah, kebaktian, dll)
  3. Pidato di Pengadilan (Jaksa, Pembela)
  4. Ceramah Umum
  5. Kuliah/ mengajar
  6. Diskusi
  7. Seminar
  8. Pidato Politik
Unsur Pesan Komunikasi
Seorang komunikator menyampaikan pesan-pesan melalui :
1. Pesan Linguistik
Untuk menyampaikan pesan bahasa tertentu kita harus menguasai:
a. Fonologi (mengujarkan bunyi kata)
b. Sintaksis (membentuk kalimat)
c. Semantik (memahami kata atau gabungan kata)
d. Memahami secara konseptual tentang dunia kita dan dunia yang kita bicarakan
e. Mempunyai sistem kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar
2. Pesan Nonverbal memiliki fungsi :
a. Repetisi – mengulang kembali bahasa verbal
b. Subtitusi – mennggantikan bahasa verbal
c. Kontradiksi – menolak pesan verbal
d. Komplemen – melengkapi pesan verbal
e. Aksentuasi – menegaskan pesan verbal
Ada enam jenis pesan non verbal :
1). Kinesik (gerak tubuh) : fasial, gestural, postural
2). Paralinguistik (suara)
3). Proksemik (penggunaan ruang sosial atau personal)
4). Olfaksi (penciuman)
5). Sensitivitas kulit
6). Artifaktual (pakaian dan kosmetik)
Struktur Pesan
Secara umum setiap pesan yang secara sengaja disampaikan melalui Pidato terdiri atas :
  1. Pendahuluan
    1. Salam
    2. Penyampaian kepada hadirin
    3. Maksud atau tujuan
  2. Materi
    1. Pendekatan awal (kisah, menyampaikan data, dll.)
    2. Pertanyaan atau mengemukakan inti masalah
    3. Pembahahasan
  3. Penutup
    1. Kesimpulan
    2. Himbauan
Ucapan Salam Kepada Hadirin
1. Tujuan hadirin perlu diranking berdasarkan status dan kaitannya dengan acara
2. Orang-orang penting hendaknya disebutkan secara khusus
3. Tidak semua acara memerlukan penyebutan secara bertahap dan rinci.
Maksud dan Tujuan
Maksud, tujuan atau bahkan judul ceramah seringkali perlu diutarakan dengan jelas.
Materi atau Isi Pidato secara umum
§ Akar tunggang Judul yang aktual
§ Batang Logika yang konsisten
§ Cabang/ranting Kerangka yang sistematis
§ Daun Analisa yang logis
§ Bunga Variasi, humor, pepatah, puisi, dll.
§ Buah Berkesimpulan
Bagaimana menutup ceramah ?
  1. Usahakan menyampaikan kesimpulan pidato dan himbauan yang praktis yang bisa dibawa oleh khalayak untuk dilaksanakan.
  2. Salam
Mengumpulkan dan menyiapkan Materi Pidato
Sumber Materi :
§ Kitab Suci & Sumber-sumber sejenis lainnya
§ Kisah-kisah yang relevan dengan topik
§ Berita dan informasi yang lagi aktual
§ Buku-buku ilmu pengetahuan lainnya
§ Kamus dan dictionary
§ Hasil laporan penelitian, data-data, dan referensi lainnya
§ Teknologi informatika (web/ blog/ online sources)
Memilih topik dan judul :
§ Seberapa urgen judul yang sesuai dengan waktu dan situasi ?
§ Judul sebaiknya berupa kalimat sempurna (affermative statement)
§ Apakah waktu yang tersedia sesuai dengan cakupan judul yang dipilih ?
§ Apakah audiens yang hadir cocok dengan cakupan judul yang dipilih ?
§ Apakah cara pemaparan dan pengambilan kesimpulan dengan metode induksi atau deduksi ?
§ Apa yang dapat dibawa oleh khalayak ?
Pendahuluan pidato haruslah :
- Padat
- Gaya bahasa menarik
- Menghindari “Redundancy
- Diluar dugaan (surprise)
- Bagaikan Iklan
Materi pidato
- Materi jangan terlalu luas
- Jangan berharap orang lain (khalayak) langsung mengerti
- Satu segi saja
- Cara lebih dipentingkan dari isi
Keberhasilan penceramah dalam menyampaikan pesan:
1- Mengetahui secara detail sesuatu yang dibahas terutama yang menyangkut masalah ilmiah dan mengandung masalah yang interpretable dan debateable. Jika tidak sampaikan gagasan yang bersifat ‘informatif’ saja.
2- Sampaikan dengan ikhlas dan tulus yang muncul dari tanggungjawab pribadi.
3- Ungkapkan dengan bahasa yang sopan, bijaksana dan santun
4- Terus menerus dalam menyampaikan pesan kebenaran dan jangan bosan-bosan. Bersabarlah untuk memdapatkan hasil yang diinginkan
5- Mulailah apa yang dikatakan didepan hadirin pada diri sendiri
Persiapan Pidato
- Pakaian sederhana
- Keadaan fisik yang mantap edan sehat
- Materi disiapkan, bila perlu didiskusikan terlebih dahulu
- Bagi pemula, upayakan berlatih dahulu
- Materi harus dipilih yang penting dan mendesak
- Jangan mengharap ‘salam tempel’ dan ‘pujian’
- Jangan pidato kalau sakit, pikiran kacau, lapar, atau haus
Saat berpidato, perlu diperhatikan
- Sikapnya
- Air mukanya
- Pakaiannya
- Ucapannya, harus fasih (khususnya Bahasa Asing)
- Gerak geriknya
- Tata rias/ make-up nya
Senjata Pidato
- Doa
- Pepatah
- Humor/lelucon
- Semangat berapi-api
- Syahdu
- Lagu-lagu
- Alat peraga
Apabila audiens banyak, maka :
- Volume suara tambah keras
- Tekanan/nada suara tinggi
- Tempo harus lambat
- Bahasa harus awam (dimengerti umum)
- Logikanya sederhana
- Semangatnya tinggi
Penutup pidato
- Kalimat kunci sebagai simpulan (harapan dan penekanan)
- Pepatah yang akan diingat khalayak
- Usahakan agar audiens penasaran
GAYA KOMUNIKASI LAINNYA
Persuasi
þ Persuasi adalah “cara untuk mengubah sikap dan prilaku orang dengan menggunakan kata-kata lisan dan tertulis” (McGuire).
þ Persuasi adalah “menanamkan opini baru” (Hovland).
þ Persuasi adalah “usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang melalui transmisi pesan” (Bettinghaus).
þ Persuasi adalah ”suatu proses timbal balik yang didalamnya komunikator, dengan sengaja atau tidak, menimbulkan perasaan responsif pada orang lain”(Nimmo)
Propaganda
þ Propaganda adalah pesan yang melibatkan simbol-simbol yang mencakup empat hal. Pertama, interaksi simbolik atau pesan-pesan politik yang digambarkan lewat lambang. Kedua, menggunakan pesan-pesan politik yang didramatisir sedemikian rupa sehingga memberikan kepuasan pribadi dan dampak tidak langsung. Ketiga, Penggunaan psikolinguistik yakni penggunaan bahasa tertentu yang memiliki dampak psikologis. Dan keempat, Penggunaan sosiolinguistik yaitu penggunaan bahasa yang memiliki dampak sosiologis tertentu.
þ Ellul membedakan propaganda vertikal dan horizontal. Yang pertama adalah transmisi dari satu kepada banyak dan terutama mengandalkan media massa bagi penyebaran imbauannya. Sedangkan propaganda horizontal bekerja lebih diantara keanggotaan kelompok ketimbang dari pemimpin kepada kelompok, lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi daripada menggunakan komunikasi massa.
þ Nimmo menyarankan, supaya persuasi dan propaganda berhasil dengan baik, maka perlu diperhatian secara khusus prinsip-prinsip umum berikut yang dianalisis dari penelitian mengenai pengaruh komunikator terhadap keberhasilan usaha persuasif. Unsur-unsur itu adalah :
1. status komunikator
2. kredibilitas komunikator
3. daya tarik komunikator
4. isi pesan
5. struktur pesan
6. pemilihan media yang digunakan secara tepat.
Ketertarikan khalayak terhadap Pesan yang dipakai
þ Topik (pesan) yang dibahas
þ Cara penyampaian
þ Teknik-teknik mengembangkan pokok bahasan
þ Bahasa yang dipakai
þ Organisasi pesan yang dipakai
þ Situasi yang dihadapi (setiap khalayak memiliki kondisi yang unik)
þ Keahlian (profesionalitas)
þ Kejujuran