Apa yang dimaksud dengan analisis
sosial ?
Suatu (proses) analisis sosial
adalah usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang situasi (keadaan, kenyataan)
sosial. Yang dimaksudkan dengan gambaran lengkap adalah gambaran mengenai hubungan-hubungan
struktural, kultural dan histories, dari situasi sosial yang diamati (atau
dialami). Contoh : penduduk desa telah mendapati kenyataan panenan yang
menurun, sebagai akibat dari tanah yang menurun kualitasnya.
Mengapa masalah ini terjadi ? apakah
ini adalah hasil dari kesalahan petani ? Apakah kasus ini hanya dialami oleh
satu orang petani, ataukah pada kebanyakan petani, analisis sosial (yang baik
dan teliti) akan berusaha membongkar masalah ini sehingga diperoleh suatu
kejelasan, mengapa masalah tersebut terjadi, apa penyebabnya, siapa saja yang
terlibat, prosesnya dan siapa yang paling dirugikan dari situasi tersebut.
Pekerjaan analisis sosial, dapat
dikatakan “mirip” dengan penelitian yang sering dilakukan oleh orang-orang
sekolahan (orang kampus). Mengapa dikatakan mirip, sebab analisis sosial disini
memang bukan pekerjaan akademisi, melainkan pekerjaan yang akan langsung
berkaitan dengan usaha-usaha perubahan. Bagi rakyat desa, petani, buruh atau
“orang awan” kebanyakan, melakukan analisis sosial, bukan dimaksudkan untuk
meningkatkan kecerdasan, melainkan menjadi bahan dasar dalam melakukan
tindakan. Tanpa analisis yang baik dan teliti, tindakan-tindakan yang akan
dilakukan tentu tidak akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Pekerjaan ini juga mirip dengan
pekerjaan dokter ketika menghadapi pasiennya. Analisis disini seperti diagnosa
dokter, sebelum memberikan resep (obat) pada pasien. Jika diagnosa dokter
keliru, maka pasien akan mendapatkan obat yang salah. Maka yang akan diperoleh bukan
kesembuhan, melainkan penyakit baru. Inilah makna penting dari analisis sosial.
Mengapa analisis sosial ?
Apa sebetulnya yang dijanjikan
oleh proses analisis sosial, sehingga membuat proses ini mempunyai nilai
penting ?
- Pertama,
berguna untuk mengidentifikasi dan memahami persoalan-persoalan yang
berkembang (ada) secara lebih
mendalam dan seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar masalah
(persoalan mendasar) dan mana yang bukan, atau mana yang bukan, atau mana
yang merupakan masalah turunan atau masalah ikutan.
- Kedua,
akan dapat dipakai untuk mengetahui
potensi yang ada (kekuatan dan
kelemahan) yang hidup dalam masyarakat. Jadi dalam proses analisis, kita
tidak melulu berkutat dalam “masalah”, melainkan diarahkan untuk bisa
memecahkan masalah dan dengan demikian akan diperiksa pula kemungkinan dan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
- Ketiga,
dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat yang
paling dirugikan (termasuk menjawab mengapa demikian), dan
- Keempat,
dari hasil-hasil tersebut, dapat diramalkan apa yang akan terjadi,
sehingga dengan demikian dapat pula diperkirakan apa yang harus dilakukan.
Alasan ini, tentunya saja hanya
sebagian dari alasan yang bisa dijumpai oleh para pelaku analisis sosial. Alasan
lain sudah tentu bisa dicari, sesuai dengan situasi setempat dan masalah yang
dihadapi. Mempunyai alasan yang kuat, pada umumnya akan membangun motivasi
kerja yang lebih kuat dan seksama.
Tempat analisis sosial ?
Kalangan akademis pada umumnya
menghasilkan karya-karya yang “bagus” dan “bermutu” melalui kegiatan
keilmuannya? Untuk apa kesemua ini ? naskah-naskah itu biasanya tergeletak
begitu saja di rak-rak kampus, menjadi bahan referensi atau menjadi teman kutu
buku (lepisma). Memang ada pula yang digunakan untuk keperluan kemasyarakatan, terutama oleh
pemerintah dalam mengambil kebijakan. Hubungan antara kampus dengan negara,
menjadikan kampus pada dasarnya lebih dekat dengan negara, ketimbang dengan
masyarakat meski hal ini tidak selalu demikian. Krisis panjang hasil dari
kekuasaan orde baru dapat dapat dikatakan mendapat sumbangan pula dari kalangan
akademisi, intelektual, yang tidak berpihak pada massa rakyat. tetapi
sebaliknya berpihak pada penguasa.
Berbeda dengan analisis sosial yang hendak dikembangkan
disini. Analisis sosial bukan sejenis pekerjaan iseng tanpa dasar. Kegiatan ini
dengan jelas didedikasikan dan diorientasikan untuk sesuatu keperluan untuk
perubahan. Ada watak mengubah yang dihidupkan dalam proses analisis sosial ini.
Karena itu analisis yang dilakukan, selalu bersifat kritis. Kritis bukan asal
tidak setuju, melainkan cara melihat masalah
dengan seksama, mempertanyakan setiap segi masalah dengan teliti. Justru
karena itu pula, menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial merupakan salah
satu titik simpul dari proses perubahan panjang mendorong perubahan. Analisis
sosial akan menghasilkan semacam “peta” denah, yang memberikan arahan dan
dasar, bagi usaha-usaha perubahan.
Apakah
hasil kesimpulan dari analisis bersifat final ?
Tentu
saja tidak. Hasil analisis dapat dikatakan hanya merupakan kebenaran tentative,
bersifat sementara, yang bisa merubah sesuatu dengan fakta atau data
temuan-temuan yang baru. Dengan demikian, analisis ini bersifat dinamis, terus
bergerak, memperbaharui diri, dikaji ulang dan terus diperkuat dengan
fakta-fakta pendukung. Hasil analisis bukan suatu dogma, atau sejenis kebenaran
tunggal. Ketentuan ini mengharuskan pelaku analisis sosial tidak bersifat kaku
atau berpikiran sempit, melainkan menjadi pihak yang haus akan kebenaran, terus
mencari, menggali dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Karena itu pula pelaku
analisis sosial tidak boleh cepat puas dengan hasil temuannya. Dan sebaliknya terus
mengembangkan sikap kritis.
Siapa pelaku analisis sosial ?
Bicara tentang analisis sosial
pada umumnya selalu dikaitkan dengan dunia akademik, kaum cendikiawan, kaum
intelektual, ilmuan atau kalangan terpelajar lainnya. Ada kesan yang sangat
kuat bahwa analisis sosial hanya milik mereka. Masyarakat awam tidak punya hak
untuk melakukannya. Bahkan kalau melakukan, maka disediakan mekanisme
sedemikian rupa, sehingga hasil analisis awam dimentahkan. Entah dinyatakan
tidak ilmiah, ngawur, salah atau apapun?
Pemahaman yang demikian bukan saja
keliru, melainkan mengandung maksud-maksud tertentu yang tidak sehat dan penuh
dengan kepentingan. Pengembangan analisis sosial disini, justru ingin membuka
sekat atau pintu itu, dan memberikannya kesempatan kepada siapapun untuk
melakukannya. Malahan mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu
akan merupakan pihak yang paling kaya dengan data dan informasi. Justru
analisis yang dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat akan lebih
berpeluang mendekati kebenaran. Tanpa
memberikan kemampuan yang cukup kepada masyarakat luas untuk melakukan analisis
terhadap apa yang menjadi dilingkungan mereka atau apa yang mereka alami, maka
mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat bergantung” dan pada
gilirannya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.
Prinsip-prinsip analisis sosial
1.
Analisis sosial bukan
suatu bentuk pemecah masalah, melainkan hanyalah diagnosis (pencarian akar
masalah) yang sangat mungkin digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah,
karena analisis sosial memberikan pengetahuan yang lengkap, sehingga diharapkan
keputusan atau tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang tepat.
Hasil analisis akan menjadi petunjuk dalam menemukan suatu masalah.
2.
Analisis sosial tidak
bersifat netral, selalu berawal dari keberpihakan terhadap suatu keyakinan. Soal ini berkait
dengan perspektif, asumsi-asumsi dasar dan sikap yang diambil dalam proses
melakukan analisis.
3.
Karena poin b, maka analisis sosial dapat digunakan siapapun (bukan
monopoli kalangan akademisi), tetapi bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana
saja dan kapan saja.
4.
Analisis sosial lebih memiliki kecenderungan mengubah; tendensi untuk
menggunakan gambaran yang diperoleh dari analisis sosial bagi keperluan
tindakan-tindakan mengubah, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial
berposisi sebagai salah satu simpul dalam siklus kerja transformasi.
5.
Analisis sosial yang akan dikembangkan disini adalah suatu proses
analisis yang akan menggunakan “tindakan manusia” sebagai sentral/pusat dalam
melihat suatu fenomena yang nyata.
Apa yang dilakukan dalam
analisis sosial
Dalam proses ini yang dilakukan
bukan sekedar mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha
membongkar apa yang terjadi sesungguhnya, bahkan menjawab mengapa demikian, dan
menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh kepada kejadian
tersebut. Lebih dari itu, analisis sosial, seyogyanya mampu memberikan prediksi
kedepan: kemungkinan yang akan terjadi.
Tahap
analisis sosial :
Bagaimana
analisis sosisal dilakukan ? tahap apa saja yang dilalui ?
a.
Tahap menetapkan posisi,
orientasi; pada intinya pada tahap ini, pelaku analisis perlu mempertegas dan
menyingkap motif serta argumen (idiologis) dari tindakan analisis sosial.
Adalah penting untuk disadari bahwa orientasi dasar akan sangat berpengaruh
kepada tahap selanjutnya dalam proses analisis.
b.
Tahap pengumpulan dan penyusunan data : tujuan dan maksud dari tahap ini, agar analisis memiliki
dasar rasionalitas yang dapat diterima akal sehat (tidak dianggap gossip);
ujung dari pengumpulan data ini adalah suatu upaya untuk merangkai data, dan
menyusunnya menjadi deskripsi tentang suatu persoalan.
c.
Tahap analisis: pada
tahap ini, data yang telah terkumpul diupayakan untuk dicari atau ditemukan
hubungan-hubungan diantaranya.
d.
Tahap penarikan kesimpulan : setelah berbagai aspek tersebut ditemukan, maka pada
akhirnya suatu kesimpulan akan diambil; kesimpulan merupakan gambaran utuh dari
suatu situasi yang didasarkan kepada hasil analisa: dengan demikian kualitas
kesimpulan sangat tergantung dari proses tahap-tahap penganalisaan, juga
bergantung pada kompleksitas issue, kekayaan data dan akurasi data yang
tersedia, ketepatan Pertanyaan atau rumusan terhadap masalah dan kriteria yang
mempengaruhi penilaian-penilaian atas unsur-unsur akar masalah.
Apa yang penting ditelaah dalam melakukan
analisis. Antara lain : kaitan histories (kesejarahan, sejarah peristiwa),
kaitan struktur, nilai-nilai, reaksi yang berkembang dan arah masa depan.
Telaah histories, dimaksudkan untuk
melihat kebelakang. Asumsi dasar dari telaah ini bahwa suatu peristiwa tidak
dengan begitu saja hadir melainkan melalui sebuah proses sejarah. Dengan ini
kejadian, peristiwa atau hal tersebut dapat diletakkan posisinya dalam kerangka
masa lalu, masa kini dan masa depan. Melalui telaah ini akan dikembangkan pula
kesadaran histories.
Telaah struktur, biasanya orang enggan
dan cemas melakukan telaah ini, terutama oleh stigma tertentu. Analisis ini
sangat tajam dalam melihat apa yang ada, dan mempersoalkan apa yang mungkin
tidak pernah berani diganggu gugat. Struktur yang akan dilihat adalah: ekonomi (distribusi sumberdaya); politik (bagaimana kekuasaan
dijalankan); sosial (bagaimana
masyarakat mengatur hubungan diluar politik dan ekonomi);dan budaya (bagaimana
masyarakat mengatur nilai).
Telaah nilai, penting pula untuk
diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat. Mengapa
demikian, dan siapa yang paling berkepentingan dengan pengembangan nilai-nilai.
Telaah reaksi, melihat reaksi yang
berkembang berarti mempersoalkan mengenai siapa atau pihak mana yang sudah
bereaksi, mengapa reaksi muncul dan bagaimana bentuknya. Telaah ini penting
untuk menuntun kepada pemahaman mengenai “peta” kekuatan yang bekerja.
Telaah masa depan, tahap ini lebih
merupakan usaha untuk memperkirakan atau meramalkan, apa yang akan terjadi
selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi (ramalan) akan dapat menjadi
indikasi mengenai kualitas dari tahap-tahap sebelumnya.
Bahan Tambahan I Proses
Analisis
Dalam
melakukan analisis sosial, pengetahuan mengenai kenyataan-kenyataan sosial
menjadi sangat penting. Tanpa adanya pengetahuan yang akurat, maka bahan
analisis adalah bahan baku yang buruk. Ibarat dokter yang melakukan diagnosa,
dimana diagnosa tersebut dijalankan tanpa pemeriksaan lebih dahulu. Bagaimana
mungkin dokter bisa menemukan jenis penyakit, tanpa menyentuh pasien? Secara
medis, ilmu kedokteran, hal ini tentu tidak bisa diterima. Lantas bagaimana
agar kita bisa memperoleh data yang akurat ? proses apa yang mesti dilalui?
Harus disadari bahwa suatu proses
penyelidikan di sini, tidak perlu dipersempit maknanya menjadi hanya sekedar
proses pencarian data, melainkan proses yang lebih lengkap, yang meliputi tahap
:
Mengidentifikasi masalah
Melakukan identifikasi masalah
bermakna mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Bila anda bekerja
dipedesaan, maka mengidentifikasi masalah berarti menemukan apa masalah yang
dihadapi oleh masyarakat desa. Untuk bisa menemukan masalah secara lebih baik,
seorang organizer bisa menempuh beberapa cara :
-
Pertama, datang langsung ke lokasi. Dilokasi organizer bisa menemukan
orang-orang kunci, bisa pemuka masyarakat setempat, atau orang lain, yang
dipandang menguasai persoalan desa setempat. Ajaklah orang tersebut berdiskusi
panjang lebar mengenai situasi desa. Biasanya orang desa bisa tergerak untuk memberikan
informasi, dalam suasana yang santai, informal.
-
Kedua, membuat kelompok diskusi atau diskusi kelompok, yang bersifat
terbatas dan terfokus (masalah yang hendak didiskusikan). Dengan membuat
kelompok diskusi ini, biasanya akan lebih banyak hal yang bisa ditemukan,
meskipun mungkin terdapat titik lemah disana-sini. Yang jelas, organizer harus
bisa menggalang masyarakat untuk bersedia bergabung dalam diskusi kelompok.
-
Ketiga, menggali dokumen-dokumen, baik penelitian yang sudah ada, atau
dokumen resmi pemerintah.
-
Keempat, menggali informasi dari peneliti sebelumnya pernah melakukan
penelitian. Informasi awal sangat penting bagi
kelanjutan proses penyelidikan.
-
Cara lain bisa dikembangkan, sesuai dengan situasi, kondisi dan konteks
masalah yang hendak diungkapkan.
Menentukan Metode yang akan
digunakan, dan sekaligus menyusun suatu rencana kerja untuk keseluruhan proses
penyelidikan.
Apa yang perlu dipersiapkan dalam
proses ini ? (a) menentukan lebih dahulu bidang yang hendak diselidiki; (b)
Memilih metode yang paling tepat, dengan pertimbangan : mampu melibatkan semua
pihak, partisipatif, kuantitatif dan kualitatif, pada prinsipnya diusahakan
agar masyarakat juga terlatih untuk: (c) Metode yang bisa digunakan, antara
lain: dialog dan diskusi kelompok, lokakarya dan cara lain yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
-
Mengumpulkan data, dan melakukan proses seleksi data - memilih
mana yang bisa digunakan dan mana yang tidak bisa digunakan.
-
Melakukan analisis
atas temuan-temuan
-
Merumuskan kesimpulan dan menentukan rekomendasi apa yang harus
dilakukan
Bahan tambahan 2
Paradigma analisis sosial
Suatu
analisis sosial, sesungguhnya akan sangat tergantung pada bagaimana kita
memandang suatu masalah, dan bagaimana kerangka pikir yang ingin kita gunakan.
Sebagai contoh : sebagai orang tua, ketika mendapat nilai raport anaknya buruk,
penuh dengan angka merah – apa yang biasanya dilakukan oleh orang tua? Ada yang
marah dan memaki anak – dasar anak dungu, malas belajar. Adapula yang
menyalahkan guru dari si anak – dasar guru yang bodoh, tidak bisa mendidik anak
, dan lain-lain. Dari mana kesimpulan itu muncul? Apakah kesimpulan tersebut
mempunyai makna tertentu? Apakah kesimpulan tersebut didasarkan pada asumsi
(anggapan-anggapan) tertentu ? Dalam melakukan analisis sosial, kita sangat
perlu untuk memahami dan memeriksa dengan seksama anggapan-anggapan yang
digunakan, sebab dengan anggapan yang salah, sangat mungkin akan menghasilkan
kesimpulan yang salah pula. Disinalah kita perlu untuk menetapkan atau memilih
paradigma (berpikir) yang ingin digunakan. Sebagai gambaran, berikut ini
beberpa kerangka berpikir yang lajim digunakan di masyarakat.
Paradigma status sosial
Paradigma ini memandang struktur
sosial yang ada adalah hasil dari suatu proses yang wajar, alamiah, dan karena
itu tidak perlu dipersoalkan. Perbedaan tingkat sosial dipandang sebagai akibat
dari adanya perbedaan antar individu. Setiap orang harus berkembang sesuai
dengan bakat dan pembawaannya. Oleh sebab itu, dalam melihat kemiskinan paradigma
konservatif cenderung menyalahkan orang miskin (menyalahkan korban). Orang
miskin dinilai bodoh, malas tidak punya motivasi berprestasi tinggi, tidak
punya keterampilan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, golongan konservatif
umumnya bicara mengenai budaya dan mentalitas. Yani perlu perubahan mentalitas,
dan perlunya si miskin memiliki motivasi untuk maju, untuk berkembang.
Paradigma liberal
Seperti halnya kaum konservatif,
kaum liberal juga tidak mempersoalkan struktur sosial. Hanya saja perbedaannya
adalah kaum liberal tidak menyalahkan korban (si miskin), melainkan menyalahkan
ruang sosial yang teristorsi (rancu dan macet), sebagai akibat dari
penyelenggaraan negara yang tidak benar. Kaum liberal percaya bila pasar
dibiarkan berjalan dengan tanpa intervensi, maka akan sangat banyak membantu
proses perbaikan keadaan. Pada sisi yang lain; kaum liberal menuntut agar
segala bentuk pembatasan yang dilakukan negara, deskriminasi dan segala hal
yang membuat individu tidak bisa berkembang dengan wajar, dihilangkan. Artinya,
masalah kemiskinan dipandang sebagai masalah kesempatan (peluang). Apabila
kesempatan berusaha terbuka, maka diyakini bahwa si miskin akan bisa
mengatasi masalahnya. Kaum liberal juga
menganjurkan agar ada perbaikan yang seksama, sehingga si miskin memperoleh
pelayanan dan kemudahan, agar bisa tumbuh secara baik dan mengatasi masalahnya.
ParadigmaTransformatif
Paradigma ini melihat konflik
bukan sebagai masalah, justru melihat bahwa konflik merupakan energi untuk
perubahan. Perubahan yang dimaksud dipandang tidak akan memberi banyak arti
bila tidak menyentuh perubahan struktur sosial. Sebab struktur sosial yang
timpang, dipandang sebagai sumber dari segala sumber masalah. Pemberian peluang
atau kesempatan, tidak diperlukan, sebab yang lebih utama adalah gerak
perubahan struktur, sebab itulah pemberian kesempatan yang sebenarnya.....