Rabu, 18 April 2012

KRITIK ATAS TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL

Perubahan merupakan sebuah kepastian realitas, seperti itulah kata seorang filsuf jaman dulu sebelum manusia mengenal peradaban modern seperti saat ini.
Perubahan merupakan realitas tak terbantahkan, baik itu menyangkut persoalan alam materi seperti kata Marx dalam Materialisme Dialektika Historis (MDH) maupun dalam kehidupan masyarakat.
Perubahan menjadi keharusan dan keniscayaan untuk sebuah tatanan masyarakat yang kompleks dan dinamis. Sebab, tanpa perubahan niscaya masyarakat manusia dan peradabannya akan stagnan baik secara sosial, budaya, politik dan sebagainya.
Berangkat dari hal inilah kemudian kita coba telaah keseluruhan realitas sosial di masyarakat, sehingga proyeksi atas perkembangan ilmu pengetahuan manusia dapat kita rasakan hari ini.
Teori fungsional struktural berdiri di atas kerangka stabilitas sosial yang cenderung digunakan oleh kekuatan penguasa untuk melegalisasi kekuasaannya dengan asumsi stabilitas tatanan.
Untuk menjaga nilai inilah kemudian penguasa mencoba menekan segala bentuk perubahan di dalam masyarakat baik itu secara sosial, budaya, maupun secara politik.
Konservatisme (paham anti perubahan) merupakan sebuah paham yang mencoba menjaga nilai secara politik maupun sosial budaya dalam masyarakat. Paham kaum konservatif pada mulanya mulai di kenal di Eropa (Inggris) dan cukup berpengaruh dalam parlemen.
Nah, sehingga Teori fungsional struktural pun kita asumsikan sebagai konstruk pemikiran konservatisme yang senantiasa melihat manusia dalam keadaan pasif seperti robot.
Olehnya itu, tulisan ini mencoba melakukan kritik terhadap teori fungsional struktural yang anti perubahan....

#Silahkan di kritik...

Jumat, 13 April 2012

BEBERAPA TIPOLOGI KEPEMIMPINAN

Sejak dahulu kepemimpinan menjadi salah satu kajian yang menarik untuk di telaah secara mendalam, sebab arah peradaban suatu bangsa tak bisa lepas dari sebuah gaya kepemimpinan seseorang.
Namun tentu saja setiap proporsi kepemimpinan dari seorang pemimpin senantiasa berbeda-beda sebab itu semua bergantung pada bangunan epistemologis dan konstruk ideologisnya masing-masing.
Ada beberapa tipologi kepemimpinan yang sering kali kita temukan dalam gaya seorang pemimpin :

1. Gaya Otoriter/Totaliter yaitu gaya kepemimpinan yang selalu memaksakan kehendaknya pada setiap orang meskipun dengan jalan kekerasan, namun kebijakannya berlaku secara distributif dan tanpa kompromi. Gaya ini secara epistemologis cenderung beraliran Macchiavellian, Hobbesian. 


2. Gaya Demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang cenderung selalu menggunakan musyawarah, namun gaya ini sangat lemah mengambil sikap dalam setiap tindakannya dan terkesan pragmatik. Gaya ini secara epistemologis cenderung beraliran liberal-moderat.


3. Gaya para Nabi yaitu gaya kepemimpinan yang kharismatik dengan menggunakan jalan kemanusiaan, dalam arti lebih mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, dibanding dengan kepentingan pragmatis. Gaya ini cenderung mengikuti aliran humanistik-teologis.

Dari beberapa tipologi kepemimpinan di atas, maka kita dapat memahami bangunan epistemologis dan konstruk ideologisnya melalui gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin.
Dari hal tersebut di atas, maka kita dapat memahami pula bahwa tidak saya maupun anda, setiap pemimpin dapat kita ketahui bangunan ideologis maupun epistemologis melalui gaya kepemimpinan yang implementasikan.

Silahkan Di Kritik....

Billahi Taufiq Wal Hidayah
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Sabtu, 07 April 2012

"MENGUAK MAKNA DI BALIK REALITAS" DEMOKRASI INDONESIA DI AMBANG KEHANCURAN

Gerakan mahasiswa Indonesia yang begitu monumental pada tahun 1998 membuat seluruh rakyat Indonesia bersorak gembira menyambutnya.
Rakyat yang selama beberapa dekade terkunkung otoritarianisme orde baru, begitu bangga atas keberhasilan anak muda (mahasiswa) dalam menumbangkan rezim Soeharto yang telah menduduki kursi kekuasaan di bangsa ini selama kurang lebih 32 tahun.
Kini ketika dengan susah payah mahasiswa Indonesia berjuang demi tegaknya demokrasi di negeri ini, harus kembali menelan pil pahit jalannya sistem pemerintahan yang justru telah mengebiri hak-hak rakyat dan sepertinya otoritarianisme model baru yang kini eksis.
Kalo dulu di zaman rezim orde baru, militer yang memegang kendali penuh atas nasib rakyat,  di jaman sekarang kini kekuatan sipil yang sepertinya mulai menunjukkan sikap totaliternya. Terbukti dengan banyaknya amanah reformasi yang mulai terabaikan, meskipun beberapa institusi pemerintah katanya berbenah dengan "embel-embel " reformasi birokrasi. Namun, Patologi Birokrasi masih saja terlihat lenggak-lenggok atau dalam term orang Makassar "Pabiri'birisi'", karena jika dilihat realitas objektif memang masih sama.
Nah, berangkat dari hal tersebut di atas, maka saya mencoba mengajak kita semua untuk memahami dan mencoba menguak sisi terdalam dari realitas sosial kita dewasa ini, dan bagaimana kini nasib demokrasi yang selalu mahasiswa perjuangkan didalam setiap momentum pergerakan perlawanannya.

Demokrasi pada prinsipnya memiliki 3 idiom dasar sebagai hal yang fundamental dan inheren dalam dirinya.

1. Egaliter    : Persamaan
2. Fraternite : Persaudaraan
3. Liberte     : Kebebasan

Tiga idiom dasar inilah sebuah pemerintahan negara di Indonesia kita ini terabaikan oleh para pengambil kebijakan tertinggi di negara kita.
Persamaan hak dalam konteks apapun. Baik itu hak politik, hak di hadapan hukum, hak hidup, hak bersekolah, hak untuk sehat. Namun, realitasnya pemerintah banyak mengabaikan hak-hak rakyat terlebih lagi mereka yang tidak memiliki akses di pemerintahan.
Persaudaraan tidak lagi di pandang prinsipil dalam kehidupan sosial, karena kepentingan pragmatis jauh lebih di utamakan daripada memikirkan nasib rakyat.
Kebebasan sepertinya mesti kita teriakkan kembali dalam rangka menjaga siklus kekuasaan yang monopolistik oleh penguasa, banyak gerakan perlawanan rakyat, mahasiswa itu kemudian di bungkam oleh kekuatan yang seharusnya melindungi dan melayani masyarakat. Namun, justru menekan rakyat untuk kemudian kembali mengalami alienasi pada dirinya sendiri.
Inilah realitas kebangsaan kita di Indonesia beberapa dekade belakangan ini...


Senin, 02 April 2012

POLITIK ITU INDAH

Begitu banyak kalangan menilai politik ada sesuatu yang mengerikan daripada rumah hantu, bahkan ada pula yang dengan lantangnya meneriakkan bahwa politik itu kotor sekotor-kotornya. Namun, perlu kiranya kita sedikit membuka diri dan coba menelaah makna dari politik itu sendiri, sebab pada prinsipnya eksistensi keberadaan negara ini sangatlah di tentukan oleh keberadaan politik itu sendiri.
Secara umum menurut pakar Ilmu Politik Ramlan Surbakti, bahwa politik merupakan sebuah usaha bersama dalam rangka mencapai kebaikan bersama pula di dalam masyarakat. Namun ironis, mengapa beberapa kalangan masyarakat begitu antipati dengan politik itu sendiri???
Inilah mungkin yang perlu kita kaji bersama, jangan sampai ke-awam-an membuat kita begitu mudah menjustifikasi dan menghukumi sesuatu yang justru kita sendiri belum pahami makna substansialnya.
Berikut akan kita telaah lebih mendasar pengertian politik dan fungsi politik itu sendiri :
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
  Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota).
Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik.
Semenatara itu, politik secara fungsional menurut Gabriel Almond mengatakan kegiatan sebagai fungsi- fungsi politikdalam dua kategori, yaitu : Fungsi masukan (in put function) dan fungsifungsipengeluaran (out put function). Fungsi masukan (in put function)sangat penting dan menentukan cara kerja sistem yang diperlukan untukmembuat serta melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam sistem.Fungsi- fungsi politik yang dimaksud adalah :a. Sosialisasi PolitikMerupakan proses sosial yang memungkinkan seseorangmenjadi anggota kelompoknya. Dalam hal ini ia harus mempelajarikebudayaan kelompoknya dan perannya dalam kelompok. Dari maknaini, maka sosialisasi politik ialah merupakan proses sosial yangmenjadikan seorang anggota masyarakat memiliki budaya politikkelompoknya dan bersikap serta bertindak sesuai dengan budayapolitik tersebut.b. Rekrutmen Politik Yang dimaksud adalah proses seleksi warga masyarakat untukmenduduki jabatan politik dan administrasi yang berhubungan dengankeadministrasian pemerintahan. c. Artikulasi KepentinganMerupakan proses penentuan kepentingan-kepentingan yangdikehendaki dari sistem politik. Dalam hal ini rakyat menyatakankepentingan-kepentingannya yang dikehendaki dari sistem politik,kepentingan mereka kepada lembaga-lembaga atau pemerintah melaluikelompok-kelompok kepentingan yang mereka bentuk bersama oranglain dan juga memiliki kepentingan yang sama, atau seperti dalamsistem politik tradisional, kadang-kadang mengatakan kepentingannyapada pejabat pemerintah.
d. Agregasi KepentinganAgregasi adalah proses perumusan alternatif dengan jalanpenggabungan atau penyesuaian kepentingan-kepentingan yang telahdiartikan atau dengan merekrut calon-calon pejabat yang menganutpola kebijaksanaan tertentu.e. Komunikasi Politik Merupakan alat yang digunakan untuk menyelenggarakanfungsi politik yang lain.Dalam melaksanakan fungsi-fungsi di atas, diselenggarakanoleh sebuah lembaga atau secara bersama. Lembaga-lembaga itumencerminkan struktur sistem politik. Dan bersama-sama fungsipolitik merupakan unsur-unsur dari sistem politik bersangkutan.Almond mengatakan bahwa lembaga-lembaga politik yang dimilikioleh sebuah sistem politik adalah : Kelompok kepentingan, partaipartaipolitik, badan legislatif, badan eksekutif dan badan-badanpengadilan (yudikatif).

Jadi, tentunya ketika kita melihat politik dari sudut pandang sebenarnya, maka kita dapat menemukan bahwa politik merupakan sebuah keharusan universal dalam masyarakat itu sendiri. Sebab, ia merepresentasikan sebuah upaya bersama tanpa mementingkan kehendak dalam lebih bersifat personal atau pribadi.
Olehnya itu, tulisan ini mencoba hadir dalam membuka cakrawala paradigma masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam dunia politik, demi tercapai kebaikan bersama yang di maksud.

Maka berangkat dari asumsi awal di atas, bisa saya pastikan bahwa, politik adalah sesuatu yang sangat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya, sebab manfaatnya adalah untuk kepentingan rakyat jua nantinya....
Untuk itu, "POLITIK ITU INDAH" jika kita dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari...

Thepoliticalstruggle

MENGENAL DR. ALI SHARIATI



Dari berbagai tokoh sosiologi terkemuka yang ada di dunia ini, saya sangat tertarik dengan sosok Ali Shariati. Sebab, beliau memiliki kemampuan untuk memformulasi konsep-konsep sosial yang telah lebih dulu ada namun sangat sekuler menjadi sebuah kerangka sosiologis dengan pendekatan ke Islam an yang sangat kuat dan filosofis.
Berbagai buku karya-karya besar telah beliau tuliskan dan torehkan dan hal tersebut pula yang menginspirasi sebuah revolusi sosial yang di motori semangat keislaman di Iran, meskipun beliau tidak sempat merayakannya pada tahun 1979.

Berikut Riwayat dan Biografi tokoh ini :

Dr Ali Shariati (علی شريعتی) (1933-1977) adalah seorang sosiolog Iran, terkenal dan dihormati karena karyanya dalam bidang sosiologi dan sejarah agama. Ia dikenal sebagai salah satu pemikir yang paling orisinal dan berpengaruh sosial Iran abad ke-20.

Ali Shariati lahir pada tahun 1933 di Mazinan, pinggiran Sabzevar, utara-timur Iran. Ayahnya, Mohammad-Taghi, adalah seorang sarjana Islam, pendiri Pusat Penyebaran Kebenaran Islam di Provinsi Khorasan dalam waktu ketika Marxisme sedang bangkit di Iran. Dia kemudian akan dikritik oleh anaknya untuk sekolah Islam ia percaya in.Fathers hidup sebagai kehidupan anak dipenuhi dengan ketegangan dan konflik dengan Para pengikut bin Islam.The lebih tradisional diyakini untuk meletakkan hidupnya pada bahwa sementara ayah nya tinggal sepuluh tahun terakhir dalam tahanan rumah selama era Islam di Iran.

Pada tahun-tahun di Guru's Training College, Syari'ati datang ke dalam kontak dengan orang-orang muda yang berasal dari kelas ekonomi kurang beruntung dari masyarakat, dan untuk pertama kalinya melihat kemiskinan dan penderitaan yang ada di Iran selama periode itu. Pada saat yang sama ia dihadapkan pada banyak aspek pemikiran filsafat dan politik Barat seperti terlihat dalam tulisan-tulisannya. Ia berusaha untuk menjelaskan dan memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi oleh masyarakat Muslim melalui prinsip-prinsip Islam tradisional terjalin dengan dan dipahami dari sudut pandang sosiologi modern dan filsafat. Shariati juga sangat dipengaruhi oleh Moulana Rumi dan Muhammad Iqbal.

Pada tahun 1952 ia menjadi guru SMA dan mendirikan Mahasiswa Islam 'Association, yang menyebabkan penangkapan setelah demonstrasi. Ia menjadi pada tahun 1953 anggota Gerakan Perlawanan Nasional, tahun Mossadeq's menggulingkan oleh CIA. Ia menerima gelar sarjana dari Universitas Masyhad pada tahun 1955. Pada tahun 1957 ia ditangkap lagi oleh polisi Shah, bersama dengan 16 anggota lain Perlawanan Gerakan Nasional.

Ali Shariati kemudian berhasil mendapatkan beasiswa untuk Perancis, di mana ia melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Paris. Dianggap sebagai seorang mahasiswa cemerlang (dipilih siswa terbaik di surat-surat di 1958), beliau meraih gelar doktor dalam sosiologi pada tahun 1964. Selama periode ini di Paris, Syari'ati mulai bekerja sama dengan Front Pembebasan Nasional Aljazair (FLN) pada tahun 1959. Tahun berikutnya, ia mulai membaca Frantz Fanon dan diterjemahkan antologi karyanya dalam bahasa Persia [1].. Shariati akan memperkenalkan pemikiran Fanon dalam lingkaran Irani emigrees revolusioner. Ia ditangkap di Paris selama demonstrasi untuk menghormati Patrice Lumumba, pada tanggal 17 Januari 1961.

Dia adalah anggota pendiri Gerakan Kebebasan Iran di luar negeri, bersama dengan Ebrahim Yazdi, Mostafa Chamran dan Sadegh Qotbzadeh pada tahun 1961.

Pada tahun 1962 ia melanjutkan belajar sosiologi dan sejarah agama, dan mengikuti program dari ulama Islam Louis Massignon, Jacques Berque dan sosiolog Georges Gurvitch. Dia juga datang untuk mengetahui filsuf Jean-Paul Sartre tahun yang sama, dan diterbitkan di Iran buku Al Jalal-e Occidentosis Ahmad.

Dia kemudian kembali ke Iran pada tahun 1964 di mana ia ditangkap dan segera dipenjarakan oleh penguasa Kekaisaran Iran yang menuduhnya terlibat dalam kegiatan politik subversif sementara di Perancis. Ia dibebaskan setelah beberapa minggu, pada saat mana ia mulai mengajar di Universitas Masyhad.

Shariati lalu pergi ke Teheran di mana ia mulai kuliah di Institut Hosseiniye Irsyad. Kuliah ini terbukti sukses sangat populer di kalangan murid-muridnya dan sebagai kata hasil dari mulut menyebar dengan cepat di semua sektor ekonomi masyarakat, termasuk kalangan kelas menengah dan atas mana bunga dalam ajaran-ajaran Shariati mulai tumbuh sangat.

Pihak berwenang Imperial segera mengambil perhatian khusus sekali lagi dalam keberhasilan lanjutan Shariati, dan polisi segera memiliki dia, dan juga banyak mahasiswa, di bawah penangkapan. tekanan luas dari rakyat dan kecaman internasional akhirnya mengarah pada akhir masa jabatannya delapan belas bulan penjara di pengasingan, dan ia dibebaskan oleh pada tanggal 20 Maret 1975.

Shariati diizinkan untuk meninggalkan negara tersebut untuk Inggris. Tiga minggu kemudian ia meninggal di Southampton dari apa pendukungnya percaya adalah pembunuhan oleh dinas rahasia Shah.









Rabu, 28 Maret 2012

MAHASISWA MENGGUGAT

Aksi demontrasi mahasiswa di seluruh daerah yang ada di Indonesia, yang menentang rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), telah menciptakan multi-interpretasi di dalam masyarakat.
Gerakan mahasiswa yang biasa kita saksikan di layar televisi beberapa waktu ini semakin memprihatinkan, sebab mahasiswa kini lebih frontal dan bersifat sporadis dalam menyuarakan aspirasinya.
Banyak kalangan yang mengecam tindakan brutal gerakan mahasiswa Indonesia kontemporer tersebut, namun di sisi lain banyak juga yang mendukung gerakan mahasiswa tersebut, sebagai upaya untuk menghentikan kebijakan pemerintahan yang tidak pro terhadap masyarakat.
Di kota Makassar sendiri, beberapa kampus-kampus besar terus melakukan aksi demontrasi untuk menolak rencana kenaikan bahan bakar minyak yang sekiranya akan berlaku pada tanggal 1 April mendatang, jalan-jalan di blokade oleh mahasiswa, baik itu Universitas Indonesia Timur (UIT), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, semua serentak turun kejalan untuk menuntut pemerintah (SBY-BOEDIONO) agar tidak menaikkan harga bahan bakar minyak.
Massifnya gerakan mahasiswa yang ada di kota Makassar membuat pemerintah dan aparat kepolisian sedikit "GALAU" yang akhirnya mesti meminta bantuan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk membantu mengamankan SPBU-SPBU yang ada di kota Makassar.
Banyak pula perusahaan-perusahaan asing yang di anggap pendukung kebijakan kenaikan BBM pun tak luput dari serangan para mahasiswa yang marah dan resah melihat kondisi kebangsaan dewasa ini.
Bentrokan antara kelompok mahasiswa dan polisi pun tak terhindarkan, bahkan menurut beberapa keterangan yang ada di lapangan, pihak kepolisian telah memprovokasi masyarakat untuk melawan para mahasiswa. Tak ayal benturan antara mahasiswa dan masyarakat pun terjadi di sekitar jalan Alauddin tepat di depan Kampus UIN Alauddin dan di jalan Perintis Kemerdekaan kota Makassar.
Banyak asumsi yang bermunculan bahwa gerakan mahasiswa Makassar adalah gerakan yang tidak mencirikan sebagai kaum intelektual dan bukan contoh yang baik, namun mesti kita garis bawahi bahwa di setiap zaman dan dari masa ke masa, kelompok mahasiswa merupakan kekuatan yang mampu mendobrak struktur kekuasaan dominan di Indonesia. Sebagai contoh pada saat reformasi bergulir Mei tahun 1998, awalnya setiap orang mengecam tindakan mahasiswa yang sering menutup akses jalan sehingga menyebabkan kemacetan yang panjang, namun ketika kran-kran demokrasi terbuka lebar dan Soeharto lengser dari jabatannya sebagai presiden. Masyarakat dapat merasakan udara segar kebebasan setelah di pimpin seorang penguasa orde baru yang otoritarian.
Kini ketika mahasiswa kembali tampil sebagai pressure group (kekuatan penekan) untuk menolak rencana kenaikan BBM, kembali di kecam dan di anggap sebagai pembuat onar dan bersifat anarkis.
Padahal dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), jelas akan menstimulir setiap harga-harga    bahan bahan pokok juga akan naik. Dan tentunya akan semakin menciptakan kemiskinan struktural di masyarakat.
Dalam tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk mendukung setiap aksi brutal dan anarkis para mahasiswa, tetapi lebih mencoba memahami bahwa mahasiswa secara inheren dimiikinya.
Berikut ini, akan coba di jelaskan gerakan mahasiswa Indonesia dari masa ke masa.

*      Mahasiswa dalam Sebuah History :
1.      Tahun 1908  :  Budi Utomo
                              Didirikan oleh sekumpulan pelajar (DR. Sutomo Dkk) yang berasal dari Lembaga Pendidikan STOVIA (School To Opleiding Van Indische Artsen) adalah sekolah kedokteran di Jakarta yang merupakan cikal bakal Universitas Indonesia.
2.      Tahun 1922  :  Perhimpunan Indonesia
                              Merupakan Kumpulan Pelajar dan Mahasiswa yang belajar di negri Belanda yang melakukan perjuangan dengan pergerakan bawah tanah.
3.      Tahun 1924  :  Lahirnya Study Club
                              Study Club memiliki Orientasi awal pada pergerakan kemerdekaan dan kebangsaan, pada saat itu munculah 2 Study Club pergerakan Mahasiswa ;
a.      Kelompok Study Indonesia, didirikan pada tanggal 24 November 1924 oleh DR. Sutomo.
b.      Kelompok Study Umum, yang didirikan pada tahun yang sama oleh Ishak Cokridisuryo.
4.      Tahun 1928  :  Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda dicetus pada kongres II di Jakarta yang dipelopori oleh Perhimpunan Pelajar Pemuda Indonesia (P3I) yang didirikan pada tahun 1926.
5.      Tahun 1944  :  Konsep NKRI
Untuk pertama kalinya konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia dicetus berdasarkan pemikiran Tan Malaka melalui kajian bersama Pemuda dan Pelajar pada akhir tahun 1944 yang berangkat dari konsep Sumpah Pemuda 1928.
6.      Tahun 1945  :  Proklamasi RI
Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan tonggak sejarah NKRI, diawali dengan peristiwa Rengas Dengklok yang dipelopori oleh Chairil Saleh dan Sukarni.
7.      Tahun 1963  :  Pemberontakan DI/TII
Pada tahun ini gerakan mahasiswa (Islam) berada pada sebuah jebakan pemerintah yang mengklaim DI/TII adalah gerakan pemberontakan yang mengancam Negara, namun pergerakan DI/TII sesungguhnya adalah sebuah bentuk pergerakan dalam menentang ideology komunis yang dalam falsafahnya bertentangan dengan Islam.
8.      Tahun 1966  :  G. 30 S PKI
Moment awal keruntuhan Orde Lama dibawah kekuasaan Soekarno yang dipelopori oleh HMI dan beberapa Organisasi Mahasiswa lainnya dalam wadah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dengan mencetuskan HANURA (Hati Nurani Rakyat).
9.      Tahun 1974  :  Malapetaka Lima Belas January (MALARY)
Sebuah pergerakan mahasiswa Indonesia dalam menolak bantuan luar negri kepada Indonesia karena dianggap akan melahirkan beban Negara kedepan yang tidak seimbang dengan kondisi pada saat itu, dalam moment ini Hariman Siregar di tokohkan.
10.  Tahun 1978  :  NKK – BKK
*      Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK)
Kebijakan ini resmi diberlakukan dengan dikeluarkannya SK No. 0156/U/1978 oleh Daud Yusuf selaku MENDIKBUD, dengan alasan bahwa dunia kampus sudah tidak mencerminkan lagi namun telah menjadi ajang politik praktis, kebijakan ini berorientasi pada pembunuhan karakter mahasiswa dan mengarahkan mahasiswa untuk berpikir akademis semata.
*      Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK)
Kebijakan ini resmi berlaku dengan dikeluarkannya SK No. 0371/U/1979 tentang bentuk susunan lembaga organisasi kemahasiswaan DAN KEMUDIAN DILEGITIMASI DENGAN INSTRUKSI dikti No. 22/DJ/Inst/78 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di perguruan tinggi.
11.  Tahun 1988  :  Kasus Helm (Siti Hardiyanti Rukmana)
Pada tahun ini dikeluarkanlah sebuah kebijakan bagi pengendara motor untuk menggunakan helm (pengendara dan yang dibonceng), namun kenapa kebijakan ini justeru dikeluarkan pada saat Mbah Tutut sedang membuka usaha helm pada rezim Soeharto.
12.  Tahun 1996  :  April Makassar Berdarah (AMARAH)
Pada tahun ini makassar menangis, pergerakan mahasiswa makassar dalam menolak kebijakan walikota makassar tentang kenaikan tarif pete-pete (Angkutan Kota) dari Rp. 300,- menjadi Rp. 500,- yang diakibatkan naiknya BBM, semua mahasiswa makassar melakukan aksi menolak sehingga menyebabkan 3 mahasiswa Universitas Muslim Indonesia Menjadi korban (Saiful Biya, Tasrif, Andi Sultan Iskandar) karena kampus II UMI dimasuki Tentara yang mengendarai Panser (Reformasi Berawali Dari Tanah Makassar).
13.  Tahun 1998  :  Reformasi
Pada tahun tersebut merupakan moment runtuhnya rezim Orde Baru, ditandai dengan kasus TRISAKTI.
14.  Tahun 2004  :  Mei Makassar Berdarah (MEMAR)
Pada tahun tersebut untuk kedua kalinya Aparat pemerintah memasuki kampus II UMI namun bukan oleh Tentara tapi Polisi yang menyebabkan lebih dari 300 mahasiswa menjadi korban (Luka Berat dan Ringan, bahkan salah satu mahasiswa fakultas Teknik menjadi sasaran tembak yang menembus paha kanan).
*Disadur dari materi Identitas Mahasiswa
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar

Kesimpulan dari penulis :
Gerakan mahasiswa merupakan sebuah refleksi dari keresahan moral kebangsaan yang dimilikinya, sehingga mereka pun bergerak secara massif untuk sekedar mengingatkan kepada penguasa di negeri ini, bahwa rakyat sedang menderita.
Meskipun di sisi lain, formulasi gerakan yang biasa kita lihat terkesan sporadis dan tidak terkendali, para mahasiswa dan aktivis pergerakan pun sadar yang mereka lakukan. 
Tetapi di balik semua itu, perlu kita semua apresiasi keberanian para mahasiswa dalam memperjuangkan suara rakyat meskipun nyawa, darah, air mata dan lelah menyertai perjuangan mereka...

HIDUP MAHASISWA...
HIDUP MAHASISWA...
HIDUP RAKYAT...












Jumat, 23 Maret 2012

ANALISIS SOSIAL



Apa yang dimaksud dengan analisis sosial ?

Suatu (proses) analisis sosial adalah usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang situasi (keadaan, kenyataan) sosial. Yang dimaksudkan dengan gambaran lengkap adalah gambaran mengenai hubungan-hubungan struktural, kultural dan histories, dari situasi sosial yang diamati (atau dialami). Contoh : penduduk desa telah mendapati kenyataan panenan yang menurun, sebagai akibat dari tanah yang menurun kualitasnya.
Mengapa masalah ini terjadi ? apakah ini adalah hasil dari kesalahan petani ? Apakah kasus ini hanya dialami oleh satu orang petani, ataukah pada kebanyakan petani, analisis sosial (yang baik dan teliti) akan berusaha membongkar masalah ini sehingga diperoleh suatu kejelasan, mengapa masalah tersebut terjadi, apa penyebabnya, siapa saja yang terlibat, prosesnya dan siapa yang paling dirugikan dari situasi tersebut.

Pekerjaan analisis sosial, dapat dikatakan “mirip” dengan penelitian yang sering dilakukan oleh orang-orang sekolahan (orang kampus). Mengapa dikatakan mirip, sebab analisis sosial disini memang bukan pekerjaan akademisi, melainkan pekerjaan yang akan langsung berkaitan dengan usaha-usaha perubahan. Bagi rakyat desa, petani, buruh atau “orang awan” kebanyakan, melakukan analisis sosial, bukan dimaksudkan untuk meningkatkan kecerdasan, melainkan menjadi bahan dasar dalam melakukan tindakan. Tanpa analisis yang baik dan teliti, tindakan-tindakan yang akan dilakukan tentu tidak akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Pekerjaan ini juga mirip dengan pekerjaan dokter ketika menghadapi pasiennya. Analisis disini seperti diagnosa dokter, sebelum memberikan resep (obat) pada pasien. Jika diagnosa dokter keliru, maka pasien akan mendapatkan obat yang salah. Maka yang akan diperoleh bukan kesembuhan, melainkan penyakit baru. Inilah makna penting dari analisis sosial.

Mengapa analisis sosial ?

Apa sebetulnya yang dijanjikan oleh proses analisis sosial, sehingga membuat proses ini mempunyai nilai penting ?
  1. Pertama, berguna untuk mengidentifikasi dan memahami persoalan-persoalan yang berkembang  (ada) secara lebih mendalam dan seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar masalah (persoalan mendasar) dan mana yang bukan, atau mana yang bukan, atau mana yang merupakan masalah turunan atau masalah ikutan.
  2. Kedua, akan dapat dipakai  untuk mengetahui potensi  yang ada (kekuatan dan kelemahan) yang hidup dalam masyarakat. Jadi dalam proses analisis, kita tidak melulu berkutat dalam “masalah”, melainkan diarahkan untuk bisa memecahkan masalah dan dengan demikian akan diperiksa pula kemungkinan dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
  3. Ketiga, dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat yang paling dirugikan (termasuk menjawab mengapa demikian), dan
  4. Keempat, dari hasil-hasil tersebut, dapat diramalkan apa yang akan terjadi, sehingga dengan demikian dapat pula diperkirakan apa yang harus dilakukan.

Alasan ini, tentunya saja hanya sebagian dari alasan yang bisa dijumpai oleh para pelaku analisis sosial. Alasan lain sudah tentu bisa dicari, sesuai dengan situasi setempat dan masalah yang dihadapi. Mempunyai alasan yang kuat, pada umumnya akan membangun motivasi kerja yang lebih kuat dan seksama.

Tempat analisis sosial ?

Kalangan akademis pada umumnya menghasilkan karya-karya yang “bagus” dan “bermutu” melalui kegiatan keilmuannya? Untuk apa kesemua ini ? naskah-naskah itu biasanya tergeletak begitu saja di rak-rak kampus, menjadi bahan referensi atau menjadi teman kutu buku (lepisma). Memang ada pula yang digunakan  untuk keperluan kemasyarakatan, terutama oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan. Hubungan antara kampus dengan negara, menjadikan kampus pada dasarnya lebih dekat dengan negara, ketimbang dengan masyarakat meski hal ini tidak selalu demikian. Krisis panjang hasil dari kekuasaan orde baru dapat dapat dikatakan mendapat sumbangan pula dari kalangan akademisi, intelektual, yang tidak berpihak pada massa rakyat. tetapi sebaliknya berpihak pada penguasa.

Berbeda dengan  analisis sosial yang hendak dikembangkan disini. Analisis sosial bukan sejenis pekerjaan iseng tanpa dasar. Kegiatan ini dengan jelas didedikasikan dan diorientasikan untuk sesuatu keperluan untuk perubahan. Ada watak mengubah yang dihidupkan dalam proses analisis sosial ini. Karena itu analisis yang dilakukan, selalu bersifat kritis. Kritis bukan asal tidak setuju, melainkan cara melihat masalah  dengan seksama, mempertanyakan setiap segi masalah dengan teliti. Justru karena itu pula, menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial merupakan salah satu titik simpul dari proses perubahan panjang mendorong perubahan. Analisis sosial akan menghasilkan semacam “peta” denah, yang memberikan arahan dan dasar, bagi usaha-usaha perubahan.

Apakah hasil kesimpulan dari analisis bersifat final ?

Tentu saja tidak. Hasil analisis dapat dikatakan hanya merupakan kebenaran tentative, bersifat sementara, yang bisa merubah sesuatu dengan fakta atau data temuan-temuan yang baru. Dengan demikian, analisis ini bersifat dinamis, terus bergerak, memperbaharui diri, dikaji ulang dan terus diperkuat dengan fakta-fakta pendukung. Hasil analisis bukan suatu dogma, atau sejenis kebenaran tunggal. Ketentuan ini mengharuskan pelaku analisis sosial tidak bersifat kaku atau berpikiran sempit, melainkan menjadi pihak yang haus akan kebenaran, terus mencari, menggali dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Karena itu pula pelaku analisis sosial tidak boleh cepat puas dengan hasil temuannya. Dan sebaliknya terus mengembangkan sikap kritis.

Siapa pelaku analisis sosial ?
Bicara tentang analisis sosial pada umumnya selalu dikaitkan dengan dunia akademik, kaum cendikiawan, kaum intelektual, ilmuan atau kalangan terpelajar lainnya. Ada kesan yang sangat kuat bahwa analisis sosial hanya milik mereka. Masyarakat awam tidak punya hak untuk melakukannya. Bahkan kalau melakukan, maka disediakan mekanisme sedemikian rupa, sehingga hasil analisis awam dimentahkan. Entah dinyatakan tidak ilmiah, ngawur, salah atau apapun?
Pemahaman yang demikian bukan saja keliru, melainkan mengandung maksud-maksud tertentu yang tidak sehat dan penuh dengan kepentingan. Pengembangan analisis sosial disini, justru ingin membuka sekat atau pintu itu, dan memberikannya kesempatan kepada siapapun untuk melakukannya. Malahan mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu akan merupakan pihak yang paling kaya dengan data dan informasi. Justru analisis yang dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat akan lebih berpeluang  mendekati kebenaran. Tanpa memberikan kemampuan yang cukup kepada masyarakat luas untuk melakukan analisis terhadap apa yang menjadi dilingkungan mereka atau apa yang mereka alami, maka mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat bergantung” dan pada gilirannya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.

Prinsip-prinsip analisis sosial


1.     Analisis sosial bukan suatu bentuk pemecah masalah, melainkan hanyalah diagnosis (pencarian akar masalah) yang sangat mungkin digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, karena analisis sosial memberikan pengetahuan yang lengkap, sehingga diharapkan keputusan atau tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang tepat. Hasil analisis akan menjadi petunjuk dalam menemukan suatu masalah.
2.     Analisis sosial tidak bersifat netral, selalu berawal dari keberpihakan terhadap suatu keyakinan. Soal ini berkait dengan perspektif, asumsi-asumsi dasar dan sikap yang diambil dalam proses melakukan analisis.
3.     Karena poin b, maka analisis sosial dapat digunakan siapapun (bukan monopoli kalangan akademisi), tetapi bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
4.     Analisis sosial lebih memiliki kecenderungan mengubah; tendensi untuk menggunakan gambaran yang diperoleh dari analisis sosial bagi keperluan tindakan-tindakan mengubah, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial berposisi sebagai salah satu simpul dalam siklus kerja transformasi.
5.     Analisis sosial yang akan dikembangkan disini adalah suatu proses analisis yang akan menggunakan “tindakan manusia” sebagai sentral/pusat dalam melihat suatu fenomena yang nyata.

Apa yang dilakukan dalam analisis sosial

Dalam proses ini yang dilakukan bukan sekedar mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha membongkar apa yang terjadi sesungguhnya, bahkan menjawab mengapa demikian, dan menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh kepada kejadian tersebut. Lebih dari itu, analisis sosial, seyogyanya mampu memberikan prediksi kedepan: kemungkinan yang akan terjadi.

Tahap analisis sosial :

Bagaimana analisis sosisal dilakukan ? tahap apa saja yang dilalui ?
a.      Tahap menetapkan posisi, orientasi; pada intinya pada tahap ini, pelaku analisis perlu mempertegas dan menyingkap motif serta argumen (idiologis) dari tindakan analisis sosial. Adalah penting untuk disadari bahwa orientasi dasar akan sangat berpengaruh kepada tahap selanjutnya dalam proses analisis.
b.     Tahap pengumpulan dan penyusunan data : tujuan dan maksud dari tahap ini, agar analisis memiliki dasar rasionalitas yang dapat diterima akal sehat (tidak dianggap gossip); ujung dari pengumpulan data ini adalah suatu upaya untuk merangkai data, dan menyusunnya menjadi deskripsi tentang suatu persoalan.
c.      Tahap analisis: pada tahap ini, data yang telah terkumpul diupayakan untuk dicari atau ditemukan hubungan-hubungan diantaranya.
d.     Tahap penarikan kesimpulan : setelah berbagai aspek tersebut ditemukan, maka pada akhirnya suatu kesimpulan akan diambil; kesimpulan merupakan gambaran utuh dari suatu situasi yang didasarkan kepada hasil analisa: dengan demikian kualitas kesimpulan sangat tergantung dari proses tahap-tahap penganalisaan, juga bergantung pada kompleksitas issue, kekayaan data dan akurasi data yang tersedia, ketepatan Pertanyaan atau rumusan terhadap masalah dan kriteria yang mempengaruhi penilaian-penilaian atas unsur-unsur akar masalah.

Apa yang penting ditelaah dalam melakukan analisis. Antara lain : kaitan histories (kesejarahan, sejarah peristiwa), kaitan struktur, nilai-nilai, reaksi yang berkembang dan arah masa depan.

Telaah histories, dimaksudkan untuk melihat kebelakang. Asumsi dasar dari telaah ini bahwa suatu peristiwa tidak dengan begitu saja hadir melainkan melalui sebuah proses sejarah. Dengan ini kejadian, peristiwa atau hal tersebut dapat diletakkan posisinya dalam kerangka masa lalu, masa kini dan masa depan. Melalui telaah ini akan dikembangkan pula kesadaran histories.

Telaah struktur, biasanya orang enggan dan cemas melakukan telaah ini, terutama oleh stigma tertentu. Analisis ini sangat tajam dalam melihat apa yang ada, dan mempersoalkan apa yang mungkin tidak pernah berani diganggu gugat. Struktur yang akan dilihat adalah: ekonomi (distribusi sumberdaya); politik (bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial (bagaimana masyarakat mengatur hubungan diluar politik dan ekonomi);dan budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).

Telaah nilai, penting pula untuk diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat. Mengapa demikian, dan siapa yang paling berkepentingan dengan pengembangan nilai-nilai.

Telaah reaksi, melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan mengenai siapa atau pihak mana yang sudah bereaksi, mengapa reaksi muncul dan bagaimana bentuknya. Telaah ini penting untuk menuntun kepada pemahaman mengenai “peta” kekuatan yang bekerja.


Telaah masa depan, tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan atau meramalkan, apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi (ramalan) akan dapat menjadi indikasi mengenai kualitas dari tahap-tahap sebelumnya.

Bahan Tambahan I Proses Analisis


Dalam melakukan analisis sosial, pengetahuan mengenai kenyataan-kenyataan sosial menjadi sangat penting. Tanpa adanya pengetahuan yang akurat, maka bahan analisis adalah bahan baku yang buruk. Ibarat dokter yang melakukan diagnosa, dimana diagnosa tersebut dijalankan tanpa pemeriksaan lebih dahulu. Bagaimana mungkin dokter bisa menemukan jenis penyakit, tanpa menyentuh pasien? Secara medis, ilmu kedokteran, hal ini tentu tidak bisa diterima. Lantas bagaimana agar kita bisa memperoleh data yang akurat ? proses apa yang mesti dilalui?
Harus disadari bahwa suatu proses penyelidikan di sini, tidak perlu dipersempit maknanya menjadi hanya sekedar proses pencarian data, melainkan proses yang lebih lengkap, yang meliputi tahap :

Mengidentifikasi masalah

Melakukan identifikasi masalah bermakna mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Bila anda bekerja dipedesaan, maka mengidentifikasi masalah berarti menemukan apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa. Untuk bisa menemukan masalah secara lebih baik, seorang organizer bisa menempuh beberapa cara :
-         Pertama, datang langsung ke lokasi. Dilokasi organizer bisa menemukan orang-orang kunci, bisa pemuka masyarakat setempat, atau orang lain, yang dipandang menguasai persoalan desa setempat. Ajaklah orang tersebut berdiskusi panjang lebar mengenai situasi desa. Biasanya orang desa bisa tergerak untuk memberikan informasi, dalam suasana yang santai, informal.
-         Kedua, membuat kelompok diskusi atau diskusi kelompok, yang bersifat terbatas dan terfokus (masalah yang hendak didiskusikan). Dengan membuat kelompok diskusi ini, biasanya akan lebih banyak hal yang bisa ditemukan, meskipun mungkin terdapat titik lemah disana-sini. Yang jelas, organizer harus bisa menggalang masyarakat untuk bersedia bergabung dalam diskusi kelompok.
-         Ketiga, menggali dokumen-dokumen, baik penelitian yang sudah ada, atau dokumen resmi pemerintah.
-         Keempat, menggali informasi dari peneliti sebelumnya pernah melakukan penelitian. Informasi awal sangat penting bagi kelanjutan proses penyelidikan.
-         Cara lain bisa dikembangkan, sesuai dengan situasi, kondisi dan konteks masalah yang hendak diungkapkan.

Menentukan Metode yang akan digunakan, dan sekaligus menyusun suatu rencana kerja untuk keseluruhan proses penyelidikan.

Apa yang perlu dipersiapkan dalam proses ini ? (a) menentukan lebih dahulu bidang yang hendak diselidiki; (b) Memilih metode yang paling tepat, dengan pertimbangan : mampu melibatkan semua pihak, partisipatif, kuantitatif dan kualitatif, pada prinsipnya diusahakan agar masyarakat juga terlatih untuk: (c) Metode yang bisa digunakan, antara lain: dialog dan diskusi kelompok, lokakarya dan cara lain yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
-         Mengumpulkan data, dan melakukan proses seleksi data  -  memilih mana yang bisa digunakan dan mana yang tidak bisa digunakan.
-         Melakukan analisis atas temuan-temuan
-         Merumuskan kesimpulan dan menentukan rekomendasi apa yang harus dilakukan

Bahan tambahan 2
Paradigma analisis sosial

Suatu analisis sosial, sesungguhnya akan sangat tergantung pada bagaimana kita memandang suatu masalah, dan bagaimana kerangka pikir yang ingin kita gunakan. Sebagai contoh : sebagai orang tua, ketika mendapat nilai raport anaknya buruk, penuh dengan angka merah – apa yang biasanya dilakukan oleh orang tua? Ada yang marah dan memaki anak – dasar anak dungu, malas belajar. Adapula yang menyalahkan guru dari si anak – dasar guru yang bodoh, tidak bisa mendidik anak , dan lain-lain. Dari mana kesimpulan itu muncul? Apakah kesimpulan tersebut mempunyai makna tertentu? Apakah kesimpulan tersebut didasarkan pada asumsi (anggapan-anggapan) tertentu ? Dalam melakukan analisis sosial, kita sangat perlu untuk memahami dan memeriksa dengan seksama anggapan-anggapan yang digunakan, sebab dengan anggapan yang salah, sangat mungkin akan menghasilkan kesimpulan yang salah pula. Disinalah kita perlu untuk menetapkan atau memilih paradigma (berpikir) yang ingin digunakan. Sebagai gambaran, berikut ini beberpa kerangka berpikir yang lajim digunakan di masyarakat.

Paradigma status sosial

Paradigma ini memandang struktur sosial yang ada adalah hasil dari suatu proses yang wajar, alamiah, dan karena itu tidak perlu dipersoalkan. Perbedaan tingkat sosial dipandang sebagai akibat dari adanya perbedaan antar individu. Setiap orang harus berkembang sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Oleh sebab itu, dalam melihat kemiskinan paradigma konservatif cenderung menyalahkan orang miskin (menyalahkan korban). Orang miskin dinilai bodoh, malas tidak punya motivasi berprestasi tinggi, tidak punya keterampilan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, golongan konservatif umumnya bicara mengenai budaya dan mentalitas. Yani perlu perubahan mentalitas, dan perlunya si miskin memiliki motivasi untuk maju, untuk berkembang.

Paradigma liberal

Seperti halnya kaum konservatif, kaum liberal juga tidak mempersoalkan struktur sosial. Hanya saja perbedaannya adalah kaum liberal tidak menyalahkan korban (si miskin), melainkan menyalahkan ruang sosial yang teristorsi (rancu dan macet), sebagai akibat dari penyelenggaraan negara yang tidak benar. Kaum liberal percaya bila pasar dibiarkan berjalan dengan tanpa intervensi, maka akan sangat banyak membantu proses perbaikan keadaan. Pada sisi yang lain; kaum liberal menuntut agar segala bentuk pembatasan yang dilakukan negara, deskriminasi dan segala hal yang membuat individu tidak bisa berkembang dengan wajar, dihilangkan. Artinya, masalah kemiskinan dipandang sebagai masalah kesempatan (peluang). Apabila kesempatan berusaha terbuka, maka diyakini bahwa si miskin akan bisa mengatasi  masalahnya. Kaum liberal juga menganjurkan agar ada perbaikan yang seksama, sehingga si miskin memperoleh pelayanan dan kemudahan, agar bisa tumbuh secara baik dan mengatasi masalahnya.

ParadigmaTransformatif


Paradigma ini melihat konflik bukan sebagai masalah, justru melihat bahwa konflik merupakan energi untuk perubahan. Perubahan yang dimaksud dipandang tidak akan memberi banyak arti bila tidak menyentuh perubahan struktur sosial. Sebab struktur sosial yang timpang, dipandang sebagai sumber dari segala sumber masalah. Pemberian peluang atau kesempatan, tidak diperlukan, sebab yang lebih utama adalah gerak perubahan struktur, sebab itulah pemberian kesempatan yang sebenarnya.....